Mungkin, dulu aku tak benar-benar
mencintaimu, ketika jantungmu berdetak lebih cepat saat bertemu denganku, aku
tak merasakan jantungku berdetak dengan hebat ketika bersamamu. Perkenalan kita
begitu singkat, pertemuan kita cukup beberapa saat, lalu kau katakan cinta,
lalu kau tunjukkan rasa, lalu kau bahagia dengan cinta "instan" yang
kita lalui berdua.
Ya, aku bahagia, tapi tidak
benar-benar bahagia, karena (mungkin) aku tak merasakan perasaan yang sama
denganmu, karena (mungkin) aku asal menjawab saja ketika kau memintaku menjadi
satu-satunya dalam hidupmu. Aku tak pernah mempedulikanmu. Aku tak pernah mau
tahu kabarmu.
Aku hanya bertingkah seolah-olah
kau kekasihku, karena masih ada labirin-labirin kosong dihatiku, yang tak mampu
terisi olehmu. Ya, kita bertingkah layaknya pasangan kekasih yang sangat
bahagia, tapi apa yang ku rasakan? Genggaman tanganmu, kosong.
Pelukanmu, semu. Tutur katamu,
tak penting bagiku. Senyummu, tak mampu membuat jantungku menggebu-gebu. Aku
lebih suka menghabiskan waktu dengan wanita-wanita itu. Bermesraan dengan
mereka tanpa kau tahu apa yang ku lakukan dibelakangmu.
Sebenarnya, apa yang salah
denganku? Sebenarnya, ini salahku atau salahmu? Awalnya, semua berjalan biasa
saja, tapi aku mulai risih dengan tingkah bodoh dan keanehanmu. Aku tak tahan
dengan semua hal bodoh yang kau perlihatkan padaku. Aku tak suka caramu mengatakan
cinta dengan hal setolol itu.
Kenapa kau selalu membuatku
marah? Kenapa kau tak pernah berusaha menumbuhkan cinta dalam hatiku? Kenapa
aku tak bisa mencintaimu walaupun ku tahu kau telah berkorban banyak untukku?
Tapi, Tuhan memang adil. Tuhan berikanku rasa sakit untuk menyadarkanku dari
kesalahanku. Kata putus yang ku lontarkan dengan begitu mudahnya, tanpa tangis
tapi penuh tawa ternyata tak selamanya menjadi tawa bagiku.
Selang beberapa hari memang semua
berjalan normal, tapi aku merasa ada mozaik yang hilang dalam hidupku. Kamu
yang ku tinggalkan dengan sengaja dan dengan kejamnya. Pesan singkatmu, tawa
renyahmu, senyummu, kata-kata cintamu, tak ada lagi hal-hal manis yang dulu ku
anggap seperti sampah itu. Tak ada lagi kamu yang mengisi hari-hariku dengan
lelucon bodoh dan tampang tolol itu.
Tak ada lagi kamu yang diam-diam
mencium pipiku ketika aku sibuk dengan handphone dan laptopku. Aku merasa
sendirian. Aku benar-benar merasa kehilangan. Kini, aku semakin percaya bahwa
kita baru benar-benar mencintai seseorang ketika kita kehilangan sosoknya, dan
hal itu kini terjadi padaku. Memang, setelah berpisah denganmu, aku dengan
begitu mudahnya mendapat seseorang lagi yang berusaha mengisi hari-hariku, tapi
dia tak sebodoh kamu, dia tak setolol kamu, dia tak mampu menggantikan kamu.
Dia hanya berhasil mengganti statusku yang single menjadi in relationship, dia
tak benar-benar mampu menggantikan kamu yang (tanpa ku sadari) telah mengisi
hatiku. Aku semakin mengerti bahwa tak ada seorangpun yang mampu menggantikan
sosokmu. Meskipun kini aku telah bersamanya, dan kau juga telah menemukan
seseorang yang baru, tapi perasaanku tak berubah sedikitpun. Aku justru sangat
mencintaimu ketika kini kau telah bersamanya. Saat melihat kau dengan dia, ada
rasa sakit yang menikamku dalam-dalam, ada kenangan yang diam-diam mendesakku
kembali ke masa lalu, sambil berkata dalam hati: "Dulu, aku pernah
menggenggam tanganmu, tapi sekarang dia yang mampu melakukan itu, kekasih
barumu". Hanya itu yang bisa ku lakukan, MENYESAL. Membiarkanmu
mencintaiku tanpa mempedulikan perasaanmu, membiarkanmu memberi kejutan tanpa
pernah memerhatikan usaha kerasmu, aku sadar bahwa ternyata dulu kamu
benar-benar mencintaiku. Cuma itu yang bisa ku lakukan, menangis diam-diam
ketika ku lihat barang-barang pemberianmu masih ku simpan dengan rapih. Kita
memang telah berpisah, tapi perasaanku belum bisa lepas darimu. Kita memang
telah putus, tapi kenanganku tentangmu belum benar-benar putus. Dan sekarang...
Aku takut kehilangan seseorang yang tak lagi ku miliki. Kamu.
Catatan Sang Lelaki Aku Dengan Perasaanku
Yang ditulis oleh Ain.
posted by Mhyron Thapshec at
04.06
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home