Antara Khayalan Dan kenyataan Dalam Hidup Menuju Kehidupan

Rabu, 08 Juli 2009

KUMPULAN PUISI CINTA DIBALIK AWAN

Mimpi Indah


Mimpi Indahku
Di malam itu
Kumimpikan seseorang
Seseorang itu adalah kekasihku

Dirimu...sang kekasihku
Aku sangat rindu padamu
Entah mengapa, saat ini...
Aku inginkan dirimu di pelukanku

Aku akan berikan pelukan hangatku
Hanya untukmu kasihku
Akankah mimpi itu terwujud...
Dalam dunia nyata

Mimpi indah ini
Taka akan pernah bisa kulupakan
Dan aku takkan pernah menyerah,
Dan terus menunggumu

Wahai dewi mimpi...
Teruslah kau pertemukanku dengannya
Agar aku bisa terus memeluknya
Di mimpi Indahku...




Mimpi, analogi dan kesabaran...


Seperti selimut yang tersingkap dan membuat raga ini menggigil,

Mentari belum lagi bersinar, hanya angin malam yang membuat saya nanar.
Berharap pagi segera datang, supaya saya dapat mendengar genta yang berdentang.
Melahap sinar pagi untuk jiwa saya yang kering kerontang.
Menyesap angin yang berhembus untuk kalbu saya yang haus.

Dari balik mimpi ini, saya berharap ada nyata...
Dari malam dingin ini, saya percaya esok ada embun pagi...dan mentari.

Kini, saya biarkan dulu gelap meraja.
...mentari tersandung awan yang mendung.
...kabut menggelayut...
Hingga air mata langit meruah lalu meresap ke bumi.
Karena saya tahu, air mata langit akan menumbuk tanah,
...dan bumi sedia untuk menghijau subur.

Dan perjalanan saya tak ‘kan semu...
meski saya tahu, yang tersulit dalam hidup ini adalah belajar untuk bersabar.
Saya ingin terus mencari,
Hingga nanti, kala menuju kekal saya denganmu.







Si Anjing dan Si Perawan


Ah hai kawan, lama sudah tak menulis

Aku punya cerita untuk kalian yah bukan cerita yang bisa menggetarkan, tapi semoga lah cerita ini menyadarkan

Suatu hari ada seorang kaya.
Dia memiliki Seekor anjing dan pasangan perawan yang masih muda dan cantik. Beberapa tahun berlalu, lika-liku kehidupan dilalui.
Hingga orang kaya itu wafat dalam umur 67 tahun. Disaat terakhir ditemukan bahwa dibawah tempat tidur orang kaya tersebut ditemukan kertas yang berisi puisi.

Aku kaya si anjing disini untukku
Aku sedih si anjing disini menemani
Aku miskin si anjing disini tetap untukku
Aku memberi hatiku kepada anjing dan dia memberi hatinya kepada aku
Aku sengsara si anjing ikut sengsara denganku

Aku kaya si perawan disini menemani
Aku sedih si perawan disini menghibur
Aku miskin si perawan menghilang entah kemana
Aku memberi hatiku kepada si perawan dan aku diberi sepah hatinya
Aku sengsara si perawan mengais untung dari orang lain



Biologi Cinta


Cinta, susah dicerna susah dimengerti
cinta itu indah, KATAMU indah
cinta itu tulus, KATAMU tulus
cinta itu suci, SUCI MAK MU !

cinta itu oxytocin, hormon biologi manusia
hormon terkuat yang meruntuhkan sang adrenalin
hormon yang memutar balik logika
jadi bila anda sakit karena cinta
salahkan oxytocin, si hormon cinta


Bila kau lahir tanpa bakat


Lihat, kalKulus berlutut padanya
Dalam deretan angka aritmatika

Lihat, betapa bagus lukisnya
Kuas tinta tunduk padanya

Lihat, temannya melimpah ruah
Semua segan padanya

Lihat, indah sekali gerakanya
Lapanganpun mengikutnya

Lihat, elok benar parasnya
Siapa tidak terbelalak

Lihat, AKU diberi apa ?
Bakat ? Tanyakan pada Tuhan !
Apa bakatku ?!
Bila hanya menyusahkan
Kenapa aku dilahirkan ?
Misteri Tuhan ?







Derai Nafas Akhir

Hening,
Aku menadah menatap langit malam
merasakan setiap desir angin membelaiku
mendengarkan suara alam

terdiam,
tanganku bergetar
ulas pikir tentang paradoks hidup

angkat,
getar hebat ketakutan
simak baik setiap peluh yang jatuh

nafas,panjang tak berakhir

Ketikan Maut


Termangu diriku didepan dunia dalam kaca
melihat tulisan warnawarni dalam piring kelabu
dicampakkan cinta menjadi abu

(tik tik tik)

tulisan debat dengan dia
berakhir dengan sakit melanda

(nyut nyut nyut)

bisik iblis merasuk ke kalbu
mendesis tajam menguak dendam mendalam

(brak)

diriku memerintahkan aku untuk bangun
tinggalkan cinta itu
dan biarkan cinta itu dilumat waktu

pastinya kau juga akan bahagia tanpa diriku bukan ?


Untuk 'Dia'


Terdiri diam,
rintik hujan terdengar jelas
dengan suara mengaung di telinga
membawakan lagu senandung,
melow

Mulut getir sudah dirasa
ingin berteriak
penuh sudah mata ini
peluh ingin mengalir

aku diam
terhenyak di kursi takdir
dipermainkan cinta
digulingkan dari tahta
dipaksa berlutut menelan kata
ingin kuucap.




Aku Dalam Hati Ku


Dari dalam Hati Ku
Aku merasa hidup dalam dunia ku!!!
Berimajenasi sesuka ku,
Berlari, dan berteriak dalam,
Ruang yang luas sebebas ekspresi ku…!!
****
Aku ada di dalam hati ku,
Dan semua aku pandangi…??!
Dan semuanya adalah cerminan perasaan ku…
Cosmosnya membentang sejuk,
Di hamparan awan kehidupan,
Tiupan angin cintanya menenangkan,
Kehidupan di sekitarnya…
Dan, ada sebuah jalan lorong di tepi – tepinya
Terbentuk dari tumpukan kerikil krcil,
Yang sekelilingnya ditumbuhi rumput dan bunga yang harum…
Dan aku juga mendengar gemericik irama air kehidupan,
Yang mengalir…!!!
Dan, aku pandangi lagi di sudut hati ku yang lain…
Disana ada terpijak sebuah istana yang megah & indah,
Berwarna warna merah jambu…
Di dalamnya tinggal seorang pangeran.
****
Dan…??
Itu adalah Kamu,
Bagian yang paling indah & besar dalam hidup & hati ku…


Malam Kelam Sekelam Hati Ku...


Mengapa malam begitu kelam
Mengapa bintang tak bersinar
Mengapa terasa sunyi malam ini

Tak kurasakan angin menyentuh ku
Berbisik pun tidak
Sepi sepi dan sepi

Tetapi hati ku lebih sepi, hati ku lebih kelam
Sekelam malam, sehitam langit
Tapi kelam ku terasa sakit
Kelam ini menyesakkan dada, membekukan hati

Ya tuhan, berikan cahaya untuk hati ku
Tak ingin ku bertambah kelam karena nya

Ketika air mata terakhir menggulirkan basahnya
Maka tak akan terjatuh diri ku di kubang kesengsaraan

Masih tersimpan di ruang rahasia hati...
Sebuah bola cahaya yang cukup membangkitakan hasrat jiwa

Meski tertatih namun ku kuatkan diri
Di ujung benang merah kau menunggu ku, sayang...






BIRU


Di sini aku terduduk menanti Biru
Setiap hari, tak lelah dan tak jemu

Alunan melodi dan secangkir cokelat panas setia menemani ku
Sepasang mata ini liar memandangi daun pintu Jati nan kokoh
Berharap sang Biru menariknya lembut dan melangkah masuk

Aku menjadi seorang pemimpi gila yang candu akan sang Biru
Lukisan senyuman di wajah tampan nya melelehkan sanubari ku
Mengalir hingga ke sumsum tulang ku...

Aku bagaikan bunga yang mekar di kala rintik hujan
Entah dimana sang Biru berada...

Adakah ia pijaki lagi lantai tua ini?
Adakah ia ciumi jiwa ini dengan kehangatannya?
Ah...

Aku telah jatuh cinta pada mu, Biru...

tentang hati ku.


ingin rasanya ku temukan tempat itu.
tempat yang hanya bisa dicapai lewat kompas rusak dan peta tanpa mata angin.
tempat yang penuh dengan kebetulan.
tempat yang penuh dengan chemistry.
dan hanya itu yang kuingat tentang hatiku.
maukah kau mencarikannya?




Harapan Yang Mati


Aku berdiri ditengah hujan
meresapi setiap tetesan yg menikam ku...
ku tatap langit,dan kutemukan kelam
sekelam hati ku yang telah mati

Salahkah aku bila ku lelah tuk menggapai mimpi ku?
Salahkah aku bila ku hanya bisa memintal benang2 mimpi
yang pasti kan terurai oleh waktu....

Aku hanya hidup dalam bayangan Hitam
dan gelapnya malam



“AKU INGIN”

Aku ingin seperti burung,
Agar aku bisa terbang melayang bersama mu
Aku ingin seprti mentari,
Agar aku bisa menyinari tiap langkah mu
Aku ingin seperti bulan,
Agar aku bisa menemani mu di kelamnya malam
Aku ingin seperti embun pagi,
Agar aku dapat segarkan lelah jiwa mu
Aku ingin seperti batu karang,
Agar hidupku dapat melindungimu dari anasnya ombak kehidupan
Aku seperti selimut,
Agar aku dapat menghangatkan dinginnya hati mu
Aku ingin seperti pujangga,
Agar aku dapat mempersembahkan syair-syair terindah
Tapi aku lebih ingin menjadi diriku sendiri
Agar aku dapat mencintai mu sepenuh hati…


Aku dan Kehidupanku!!




AKU DAN KEHIDUPAN KU

Aku sendiri,…
Berdiri dalam kegelapan kehidupan,
Yang seolah-olah tak pernah pagi
Aku tegap,menantang!!

Seperti tak kenal takut,
Seperti bertulang baja dan,
Seperti bersendi tembaga
Aku berdiri di lingkaran kehidupan,
Dengan suara hati, menyatu dengan amarah!!!
Kini,…
Aku goyah,ingin menyerah
Namun aku ingin menyerang!!!
Aku berdiri dengan air mata menentang kuatnya dunia
Mereka seperti menyudutkan aku,
Meraka seperti menghina ku,
Mereka seolah mentertawakan aku,

Dan mereka seperti menyiksa ku
Dengan keadaan & keterbatasan ku!!
Tapi,aku punya sesuatu yang ku sebut itu
Dengan cinta dan semangat!!!

Tuhan memberikan Dia untuk kebangkitan ku
Ikut memerdukan suara dan syair kehidupan ku.
Memperkuat jiwa & ragaku yang dulu rapuh &
Selalu dalam kepura-puraan
Sekarang,

Aku sama kuatnya dengan Dunia
Aku siap kapan saja dia ingin menyerang ku…







Langit Menurut Hati Ku


Ketika langit berubah membiru….
Memenuhi cakrawala,
Menaungi kedamaian angkasa…
Memperdengarkan melodi dan simfoni,,,
Menghapuskan kerinduan yang tak tersampaikan

Ketika malam tak lagi menghitam
Tak lagi bisa sembunyikan wajah yang terluka
Tak lagi mampu bunuh kesepian yang melilit dada
Tak pernah lagi bisa berikan kedamaian dalam kesunyian

Langit biru dan langit malam
Telah berubah jadi kelam,
Tak mampu lagi teduhkan mata
Tak sanggup lagi naungi harapan









TEMAN DARI DALAM HATI KU


adakala dia bertanya
adakala dia menjawab
adakala dia tak tahu
adakala dia sok tahu

dia berkata aku tahu
tapi ku tahu dia tak tahu
tapi dia benar-benar sok tahu
kutahu apa yang dia tak tahu

lagi dia berkata aku tahu…aku tahu…
aku mengerti …aku mengerti

tapi dia tidak pernah mendengar
padahal dia bertanya
tapi dia tidak pernah menjawab
padahal dia ditanya

teman…temanku
teman dari hati dalamku

apa mau mu..
mau berteman apa mau bergumam
mau bersama apa mau disamakan
mau tulus apa mau iklas

jangan meminta yang tak ingin pinta
aku disini bersama kesetiaan bersama
besama renungan yang pernah direnungkaan bersama

tapi kau mengingkari setelah kau aminin
tapi kau mengamini sebelum kau ingkari

apa mau mu aku tak tahu
walau kau teman dari hati dalamku..








Malam Ini


Malam ini...
Ku ingat namamu
Ku ukir namamu di hati
Ku sebut namamu dalam resah membara

Malam ini...
Ku teringat gerak langkahmu
Ku cari bayangmu
Ku lukis indah wajahmu di lngit kamarku

Malam ini...
Ku buka buku harianku
Ku tulis namamu

Malam ini...
Ku rangkai kata tuk ciptakan sebuah makna
Namun entah mengapa
Sulit tuk ungkapkan rasa
Susah tuk berkata jujur padamu
Bahwa aku syang kamu




Sejumput Malam

campurkan sejumput hening malam
dalam segelas cinta yang meradang
maka kau akan dapati rindudendam
yang mencekal langitlangit hati

lariklarik rindu yang kau larutkan
akan terserap dalam tulangtulang
tumbuh meruak mengoyak otototot
dan merobek jantunghati

sadarkah bahwa belahan kalbu
ini telah lama letih kubalut
dan kupendam dalam sejuta bubu
hingga seisi laut pun ikut kalut

campurkan sejumput kelam malam
dalam sebungkah hati yang merindu
maka kau akan mengerti panas sekam
yang sepanjanghayat membuatku sendu




SALAM!

Malam (The End of Night)

MALAM ITU, lampu jalan bersinar tak seperti biasanya. Cahayanya yang kekuningan menyebar ke segala penjuru arah, membentuk penerangan penunjang cahaya bulan. Beberapa ngengat terbang mengelilingi sumber cahaya itu. Bentuknya menyerupai pesawat tempur buatan Amerika dengan sayap yang kokoh dan lincah serta warna yang serupa dengan kegelapan. Kerangka tubuhnya yang aerodinamis membelah tiap desiran angin.





Kamu Diatasku Malam Itu


Keretakan kesetian itu selalu terdengar merdu
ditengah kegalauanmu mengenai keberadaan status sosial yang bersama kita sandang
terlihat mencolok mencekik di leherku
disetiap sudut protesmu..
aku diam

Keretakan kesetian itu terlalu meradang Dikala semuanya yang kamu rancanakan atas namamu gagal atas namaku
Gagal bertalikan kesialan diriku karena turunan pelacur yang jelas-jelas kau tahu
Pelacur itu terperawani oleh kehidupan itu sendiri.

Kerertakan Kesetiaan itu berujung maut
Semenjak terlalu pahit untuk di kecap dan dijilat berlahan
Waktu rasa itu bermain-main dengan lidah
Saat pisau dapur itu kau tikamkan berulang-ulang kepadaku
Ketika kamu diatasku malam itu

Keretakan kesetiaan itu terlewati sudah Semenjak aku tergeletak lemas kehabisan darah
yang terus keluar dari arteri pulmonalis yang terputus
ketika kamu diatasku malam itu

Hari Setelah Malam Itu...


Walaupun sudah lebih dari sepekan aku tak melihatnya, entah berapa pekan… hanya kenangan malam yang kuhabiskan dengannya selalu menjagaku dari kenyamanan yang dia berikan saat itu. Tak lama aku bersamanya, hanya beberapa jam saja. Tapi dengan beberapa jam saja tersebut kebingungan yang ada saat itu makin tumbuh dan membuat getaran berbeda.




Galau Hati

Ku buka album-album lama ku, di situ tertempel foto-foto lama semasa SMA dan kuliah, masa yang sangat menyenangkan, dan masa yang penuh dengan kenangan. Kenangan yang membuat ku tersenyum-senyum geli saat mengenangnya, bahkan kenangan yang juga membuat ku menangis.

Tapi, tak ada peristiwa lain yang dapat menyamai apa yang terjadi dalam hidupku saat ini. Yang terkadang membuat ku mengutuk diriku sendiri atas apa yang telah aku lakukan, yang membuat ku membenci bahkan jijik pada diri ini. Dan juga peristiwa yang tak jarang pula membuat aku menumpahkan air mata ini di atas bantal ku, mengeluarkan suara tangisan tertahan yang penuh dengan penyesalan di keheningan malam, saat semua orang sudah terlelap dalam tidur mereka dan berjalan di atas mimpi mereka.




Luka hati ku ini .......


Pagi itu perasaan ku sudah tak menyenangkan. Perubahan sikap nya yang tiba-tiba berbeda, dari kemaren sudah terlihat.. Dia memang masih memperhatikan ku, tapi dalam matanya terlihat bahwa dia sedang menutupi suatu kesalahan.

Dari awal mungkin memang salahku yang tak pernah mau terbuka, bercerita tentang semuanya. Dan sepertinya ia merasakan hingga melakukan hal yang sama, tak pernah mau terbuka. Sakit rasa nya bila mengetahui orang yang kita sayangi akan berpaling dari kita. Sebegitu buruk kah diriku, sebegitu hinakah diriku, sebegitu membosankan kah diriku..

Aku memang bukan tipe wanita yang mudah mengungkapkan perasaannya, aku lebih menyukai bahwa ia tau bahwa aku sayang sama dia. Tapi ternyata Ia sama sekali tak mengetahui, malahan mungkin ia tak perduli dengan perasaanku..

Sikap nya yang dulu manis, berpindah ke orang lain. Cara memandang orang lain itu sama dengan cara nya memandang ku dulu. Aku mencoba pura pura tidak mengetahui, hingga aku yakin bahwa hatinya sudah berpaling pada orang lain itu.. Mungkin sekarang aku harus mengalah untuk keadaan seperti ini, Ia bukan orang yang tepat untukku.. Semoga luka hati ku ini perlahan akan tertutup dan nantinya akan ku ikhlaskan...





- Mimpi ku hanya mimpi ku -


Duduk sendirian dengan perasaan yang begitu galau,,
Kamu datang dengan derap langkah mu yang begitu tenang,,
Bersama dengan ku,,
Duduk disamping ku sore itu,,
Namun bukan dengan perasaan yang sama dengan ku
Mungkin bertanya dalam benak mu
Ada apa dengan ku

Dan jika aku mengerti ,,
Aku pasti menjawab
Dengan ke pura-puraan seperti biasanya
Ga ada apa-apa
Hanya menikmati suasana temaramnya sore ini
Bersama mu
Bersama ku
Dan jika aku mengerti ,,
Aku pasti menjawab
Dengan ke pura-puraan seperti biasanya
Ga ada apa-apa
Hanya menikmati suasana temaramnya sore ini
Bersama mu
Bersama ku











- Perjuangan, hai kawan? -


Perjuangan?

kata siapa kami tidak berjuang?

kata siapa kita tidak berjuang?

kata siapa mereka tidak berjuang?

kata siapa manusia tidak berjuang, hai kawan?!

dengan begitu mudahnya kau memandang remeh!

dengan seputung rokok kau hisap habis.

sedikit-sedikit kau hembuskan asap itu ke muka ku!

dengan lagak kau sudah berjuang dengan sampai tak dapat bernafas.

kalimat itu, "fuh, sudah sudah terlambat kalau mau maju sekarang. berjuang sekarang."

sungguh berbalik dengan yang pernah kau ucap, kawan.

"tidak ada kata terlambat, bagi yang mau berjuang!"

nah, masih ingat kah kau kawan?

kawan, rasa ini sepertinya kecewa terhadap mu.

merasa lagak mu seperti melihat "anjing" kami ini.

merasa lagak mu seperti ingin meludahi muka kita.

merasa lagak mu seperti jijik pernah bersaudara dengan mereka.

kawan, batas mana yang kau anggap perjuangan?

sekali lagi ku balik masa lalu.

senyum semangat itu, "hmm, menurut ku semua orang itu berjuang. tentu saja dengan jalannya masing-masing. kalau begitu mari kita berjuang sama-sama."

dengan yakin kawan, erat kau menggenggam tangan ku.

siapa kau, kawan?

Itu raut yang sehari hari ini singgah di wajah mu.

kau memanggilnya apa kawan?

seperti siapa ntah telah merenggut jauh roh mu.

kawan, apa yang sedang kau lakukan?

raut itu tidak dapat ku mengerti.

serasa sakit menyengir meringis ngeri.

dua sampai tiga putung rokok kau hisap.

"aku juga sedang berjuang saat ini. tenang saja"

kalimat mencuat begitu saja dari mulut mu yang menghitam.

oh kawan, kau kata kau berjuang.

lantas apa yang sedang kau perjuangkan?

atau kah kau berjuang mencari keberadaan mu yang hilang ntah kemana?

oh, sayang amat aku terlalu menghormati mu, hai kawan!

layang tampar ini hendak saja ku berikan pada mu.

tapi ingat aku ini pada mu.

hai kawan, kau adalah teman seperjuangan ku!













- Sepatah kata untuk SAHABAT -


Sahabat,
langit di luar sana mendungkah?
atau seceria hati mu saat ini?
kerlipan lampu menghiasi malam mu.

Sahabat,
sembari kau hendak tertidur.
biarkan aku bicara sesuatu hal pada mu.

ini hal biasa.
mengenai sesuatu yang sering kita bicarakan.
mengenai sesuatu yang sungguh membius.
ku maupun mu.

sesuatu itu indah ya, sahabat.
keindahannya begitu menenangkan.
tidak menyilaukan.
lembut dan begitu merindukan.

betulkan sahabat?

oh iya sahabat,
sesuatu itu, hendak pulang malam ini.
tidak kau tahu itu sahabat?

setelah sekian lama dia tak pernah datang..
mungkin pagi nanti dia datang..

ah sahabat,
kau mulai terlelap ternyata.
ketika aku mulai menggebu.

dan sebelum aku terlelap, lupa.
ku bisikan sesuatu untuk mu.
dengar kan saja jika kau mendengar.
tak perlu hingga kau terbangun.

Sahabat,
entah berapa ribu maaf yang harus ku persembahkan.
berapa ribu penjelasan yang harus ku lontarkan.

Maaf,
hari ini ku minta maaf kepada mu sahabat.
aku sayang sesuatu yang kamu sayangi.
aku mencintai sesuatu yang kamu cintai.

hari ini dia pulang.
mungkin pagi nanti dia datang.

sahabat, akan ku jemput dia.
kamu jangan dulu terbangun.
karna aku ingin dia pulang bersama ku.
tidak dengan dengan mu.


Aku hanya butuh tubuh untuk bersetubuh dengan Cahaya...


Bahasa mimpi ..tentang sebuah kejadian...
Akan keajaiban yang bertubi-tubi mebunuh nurani...
Itu mimpi...gerak di bumi...
Seolah pikiran telah menjadi raja bagi alam semeta...
Tapi itu tak mungkin ada jua..
Karena pikir tak berkutik bila tubuh bereksistensi...
ia butuh tubuh untuk mampu bersetubuh...
dengan cahaya...
nurani dari dalam kalbu yang meronta ingin menyatu...padu dengan asal pribadi yang hakiki...
aku malu memang meminta itu...agar momentum itu menjadi nyata...pada sebuah ciuman yang abadi...
dan akhir kembali menjadi awal...dan gelap menjadi terang...
terdiam...
Kenapa kita memilih ada..kenapa kita memilih diam...jika kita ternyata butuh tubuh untuk bersetubuh dengan cahaya....
Bisakah lakukan saat ini juga...matahari senja..dan katakan itu pada gadis pelangi...
yang selalu menunggu hujan...
biar kehangatan itu saja yang nyata...karena wangi mu...pria senja...
Dan jika ingin tertawa..jangan malu dengan itu...karena kita berdua sama...
Sentuh jemariku saat ini..
saat ini juga...


SEPERTI HARI YANG LALU


Jangan katakan kau benci aku
Karena hari ini aku sayang kamu
Jangan tunjukkan rasa kecewa
Karena hari ini aku bahagia
Jangan tinggalkan aku sendiri
Karena hari ini aku butuh kamu
Tolong katakan...
Karena hari ini ku ingin mendengar

Seperti hari yang lalu... selalu ku pinta itu
Seperti hari yang lalu... mohon tunda dulu
Kau campakkan aku...

Jangan katakan kau cinta aku
Karena hari ini aku benci kamu
Jangan tunjukkan rasa bahagia
Karena hari ini aku kecewa
Jangan temani aku disini
Karena hari ini kuingin sendiri
Jangan katakan...
Karena hari ini tak ingin ku dengar

Seperti hari yang lalu... kulukai hatimu
Seperti hari yang lalu... air mata dan berlalu
Kau campakkan aku

Seperti hari yang lalu... aku egois
Seperti hari yang lalu... engkau menangis










Rom dan Perasaanku

“Maksudmu apa siy ngajak aku kesini? Kalo aku tahu, bakal denger kau nangis lagi, lebih baik aku nolak!” kataku kesal setelah 1 jam bertarung bersama isak tangis Rom. Ia sudah menangis begitu aku tiba di taman kota. Padahal, aku ada janji ke Mall bersama teman-temanku. Shopping.

“Aku sedih, Rey! Ternyata Mira cuman mempermainkanku! Huuu…”

Duh! Ni anak kok cemen amat? Aku yang cewek aja ga sampe segitunya!

“Udahan dong nangisnya, Rom! Ga malu samaku? Aku cewek loh!” kataku sewot.

Rom adalah teman sekelasku di kelas III-A. Kami bertetangga dan dekat karena ia suka curhat padaku. Bersepeda keliling danau dan kembali saat senja.

Beberapa hari yang lalu ia bercerita tentang “durian runtuh” yang menimpa kepalanya. Mira, cewek populer di sekolah menyatakan bahwa ia menerima tawaran Rom menjadi kekasih. Alamak!

Kok bisa-bisanya, Mira menerima Rom menjadi pacarnya? Secara Mira adalah cewek ngetop di sekolah, pinter, cantik, tajir lagi! Romi? Pakai dukun kali yah?

Aku ngga ambil pusing dengan keberuntungan Rom tempo hari dan mimpi buruk nya sekarang. Mira memutuskan hubungan mereka secara sepihak.

Hahaha!

Rom yang sangat berharap dan mencintai Mira, menangis seolah-olah dunia sudah hancur. Dia lebih beruntung! Setidaknya Rom pernah pacaran dengan Mira. Lha, aku? Jojoba!

“Aku ga tahu lagi harus gimana, Rey! Padahal, aku belum sempet ngajakin dia nonton bareng. Aku juga baru sekali ngajakin dia makan malam.”


segala (seperti semua yang ada! )


segala senang dan kecewa tersumbat
seperti ambisi dan tekad yang sekarat
di sedih dan gembira
di peluh dan jenuh ndak berserah
Yang tertawa dalam duka
Yang tertindas hanya cerita-cerita belaka
yang terluka dalam tawa
yang terlempar hanya kisah-kisah
benar salah

Segala baik-buruk mengutuk
seperti ramai dan sepi
mengetuk






Cinta Dalam Mimpi-Mimpi


kekasihku, apakah kau datang dari balik dunia yang dipenuhi cinta hingga setiap langkahmu memberiku harapan tentang mimp
i-mimpi yang semakin menepi yang mungkin terwujud bila dirimu bersamaku.

kekasihku, cintaku begitu saja ada, tanpa menjawab atau bertanya, sebab semua ada dalam dirimu sehingga sepintas lalu aku menatapmu: aku telah mengerti keindahan-keindahanmu dan aku telah tahu cintaku datang seiring kedatanganmu.

kekasihku, sekiranya bersuaralah dalam sepi di stiap mimpi-mimpi dan aku terus berharap padamu untuk hadirkan aku dalam mimpi-mimpi itu, bersamamu. agar dirimu dapat merasakan hangat sentuhan nafasmu yang membawaku padamu.

kekasihku aku telah menjadi hati yang rapuh yang engkau runtuhkan dengan senyuman dan aku bahagia akan hal itu.


Cukup Denganmu


denganmu itu mauku
sebab sepi, aku benci
tak ada gaduh brarti
malaikat atau siapapun
tak ada lagi, mungkin pergi
hanya aku, dalam pekat
tanpamu, penuh rindu
denganmu saja cukup
cukup ramai tawamu
cukup riang candamu
cukup merdu nyanyianmu
denganmu saja
perempuan aku cinta











Cinta Pertama


cinta datang,lalu keabadian
indah, bunga-bunga di taman ini
aku terlarut dalam hujan kecil
yang membasahinya seperti hati ini
hingga tumbuh dan bersemi, cinta
inginku teriakkan pada dunia
atau berkata saat kita berdua saja
kalau aku jatuh cinta
hanya saja, mungkin malu
mungkin keberanianku hanya merindumu
sebab aku membisu
atau kita membisu
aku kembalikan padamu
rasa sesal atau kesal
kenangan-kenangan dulu
kuterima, masa-masa terindahku
atau kita dalam diamnya cinta
dan saat ini kita bertemu
ijinkan aku berkata, aku cinta
lalu, biarkan aku ucapkan padamu
selamat tinggal, cinta sejatiku





Tentang Cinta Juga Rindu


aku rindu, walau sejenak tadi kita bertemu
sebab kita begitu dekat
hingga sedikit waktu tak mampu aku jauh darimu
hatiku bernaung keresahan
jiwaku lemah berharap sebuah pertemuan
ketika aku terdiam hayalku hanya tentangmu
inginku selalu dengan mu

***
dalam rindu kudengar lagu tentang cinta
bidadari surga benyanyi tentang kita
dengan mesra mohon sampaikan nafasku padamu
tentang cinta juga rindu
***

aku rindu kamu:
perempuan atas nama cinta
ketika malam membawa kesunyian
aku tersiksa dalam keindahan
dan teryakini akan satu arti:
aku mencintaimu sepenuh hati
dan aku merindukanmu walau kita bertemu nanti
itulah perasaanku dibayang-bayangi ketakutan
namun dilindungi cinta dan saying






Ketika Cinta Memiliki Angga


Wajahnya memerah, Ia benar-benar kaku saat itu. Tak sengaja bertatap mata ketika Ia curi dan saling bertemu dalam lingkaran cinta, tak sengaja. Ia tetap saja malu, sedang gadis itu tersenyum juga tersipu, ketika tak sengaja lagi dalam laku lain; berpapasan jalan, saling senggol saat berdesakkan. Jantungnya benar-benar berdetak kencang, suatu ketika berhenti seperti mati.





Saat Itu Aku Begitu Rindu


Aku tak berhenti memikirkanmu
biarpun resah mendera jiwa dan hari tak lagi bisa sembunyi
aku tak berhenti merindukanmu
saat ini dan nanti untuk selamanya hingga kita tak bisa bersama
dalam kata-kata ia begitu mengasai cinta
aku tak berhenti memikirkanmu
seperti saat lalu membayang bayangi
dan berharap bisa ucapkan sebuah kata atau lebih
"tenanglah aku ada dan selalu ada untukmu"
meskipun engkau tak mengharapku
hatiku hanya untukmu cinta
seperti saat aku terbangun di pagi hari
saat embun membasahi rerumputan
ketika luka mendera karena mimpi indah yang musnah
aku mencintaimu dan tak akan pernah dapat melupakanmu
maka kuputuskan bahwa hatiku hanya untukmu
biarpun ragaku menua dan kau tak disampingku
meskipun angkau meninggalkanku
meskipun cintamu tak memilihku
walaupun cintaku tak memilikimu
aku tetap memilihmu sebagai yang terakhir untukku
dan untukmu hatiku hanya untukmu
biarpun aku sendiri meniti hari demi hari
walaupun aku sendiri dalam hidup yang sunyi
biarpun hari ini esok dan nanti






Sajak Cinta Dalam Mimpi

Bila tidur bagaikan laut,
bangunkan aku agar tak karam
Sepenggal daratan hidupku.

Begitulah bumi ini,
lebih separuh
Adalah lautan tak bertepi
sisanya di mana kita bangun dari sepi.

Aku hanya ingin tidur,itu saja !
Agar tetap lapang ruang yang memberiku rasa rindu.

Di saat malam, saat kau tertidur...
Aku bangun, dan mulai menulis sajak-sajak,
CinTa daLam mimPi mU !!!






Cinta dari balik tujuh bukit (3)

Pagi-pagi sekali Karya sudah beranjak pergi dari rumahnya. Pipinya memerah terbakar matahari pagi. Langkahnya besar mengejar impian. Karya terus berjalan menyusuri jalan desa yang bertangga batu dan berkarpet tanah padat. kemudian masuk ke hutan yang banyak dipenuhi pohon bambu dan pohon besar.

Jembatan bambu yang tak pernah tua masih terikat kuat di batang pohon besar. Jembatan itu ditopang oleh tiang-tiang bambu yang vertikal dan saling menyilang. Semuanya terikat kuat di dahan pohon besar dengan tali ijuk. Saat ini jembatan itu menyangga kehidupan masyarakat baduy. Jembatan itu pula yang menghubungkan wilayah baduy dalam dan baduy luar yang dipisahkan oleh sungai. Dalam adat baduy, jembatan atau ruwayan merupakan penghubung antara urang tangtu dan urang panamping.

Karya berdiri di sana, di tepi jembatan bambu. Ingatan melayang ke masa silam. Dulu, ketika ia sekeluarga masih menjadi urang tangtu atau urang rwayan ia tak pernah melewati jembatan ini. Namun ia ingat benar, Bapak Ibunya harus melalui jembatan ini memasuki wilayah baduy luar, Wilayah urang panamping atau orang yang dibuang dari wilayah baduy dalam. Tak ada kekecewaan, karena Karya dan keluarganya tak pernah dibuang karena melanggar hukum adat. Mereka hanya mencari hidup lain.






Dalam Mimpi Sekalipun Tidak


Kulihat dia di sana. Sendiri tanpa memperdulikan hingar bingar di sekelilingnya. Teman-teman lama yang asyik bernostalgia maupun musik yang keras menggema. Dia sendiri dalam musiknya. Sendiri di sudut ruangan bermain gitar dan bernyanyi. Sendiri di tengah keramaian.

Cukup lama aku memperhatikannya dari sini. Melihatnya asyik dengan gitar tua itu. Memainkan musik untuk dirinya sendiri. Entah lagu apa yang dimainkan. Aku tak tahu karena aku hanya berani melihatnya dari sini.

Ada jarak antara kami. Jarak yang benar-benar sebenarnya. Jarak yang membuatku tak berani untuk mendekat dan berada di sampingnya.

Semua telah berakhir. Tak ada lagi cerita, tak ada lagi cinta seperti yang dulu. Begitu lama dan begitu jauh. Dia tak pernah berjanji untuk kembali. Tapi ingatanku belum bisa melepasnya. Aku masih suka memperhatikannya meski dari jauh. Jiwa ini masih memanggilnya walau terkadang letih.

Kuberanikan untuk mendekat. Duduk di sampingnya. Jarak itu semakin terasa. Dia menatapku, tatapan yang sangatlah berbeda. Tak lagi seperti dulu. Tak ada lagi tatapan mesra. Tak ada lagi tatapan rindu. Asing dan berubah.

"Kamu benar akan pergi?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutku.

"Iya, aku harus pergi." Jawabnya terus menatapku.

Aku terdiam, tak satupun kata keluar. Hanya batin ini yang mampu berkata, "Jangan pergi. Aku mohon jangan pergi."

Sakit. Pedih. Perih. Dia bukan lagi dia yang dulu. Dia akan pergi dan untuk selamanya.

Sakit yang begitu menyesak dada membuatku terbangun. Mendapati diriku di dalam kamar, di atas tempat tidurku. Tak ada dia di sampingku, tak terdengar juga suara musik. Ah, lagi-lagi aku bermimpi malam ini. Mimpi yang terasa begitu nyata seperti juga sakitnya.

"Tuhan, apakah ini? Dalam mimpi sekalipun dia berubah. Dalam mimpi sekalipun aku tidak boleh mengharapkannya lagi. Dalam mimpi sekalipun tidak .... "





Cinta dari balik tujuh bukit (2)


“Sukesih” kata-kata itu melucur cepat dari bibirnya.

Karya menepuk pipi Sukesih, berharap ia segera sadar. Karya juga mengguncang-guncang tubuh sukesih. Namun Sukesih tidak juga membuka mata. Karya hampir putus asa, ia mencoba menggendong tubuh sukesih dan membawanya kembali ke Cibeo.

Bercahayakan rembulan dan lampu kunang-kunang, Karya tertatih-tatih membawa tubuh Sukesih yang seperti membeku. Bungkusan yang di bawanya ia selempangkan di bahu kanan. Tangannya yang kuat membawa tubuh sukesih yang tak bergerak. Belum sampai masuk Cibeo, Karya di sambut rombongan jaro Sukarna diiringi Komar dan beberapa warga Cibeo. Wajah jaro Sukarna merah menahan amarah. Tangannya memegang golok yang terselip di pinggangnya.

“Karya, kamu kurang ajar. Kamu apakan Sukesih” teriak Jaro Sukarna sambil mencabut goloknya.

“Saya menyelamatkan Sukesih, dia hampir di perkosa Komar” suara karya mantap. Ia tak hiraukan peluhnya yang mengalir deras dan dadanya bergemuruh kencang menahan rasa takut yang besar.





Cinta dari balik tujuh bukit (8)

Karya berlari menembus kegelapan hutan. Langkahnya terseok-seok menahan sakit yang ditimbulkan dari luka di lengannya akibat bacokan Komar. Tangan kirinya memegang lengan kanannya yang mengeluarkan darah. Ia memasang telinganya ke segala arah. Berusaha menangkap bunyi-bunyian yang mencurigakan. Sesekali ia memanggil nama Sukesih.

“Esih.. Esih”

Usahanya seperti sia-sia, Karya hanya disahut oleh suara-suara burung hantu di atas pohon dan suara jangkrik dari balik semak-semak. Karya gundah dan darah yang mengalir dari lengannya bertambah banyak. Meninggalkan jejak-jejak di tanah yang ditelan kegelapan malam. Tubuhnya semakin lemah.

Samar-samar ia mendengar suara wanita meminta tolong. Ia sangat yakin, itu suara Sukesih. Harapan Karya muncul kembali dan ia mencari asal suara tersebut. Matanya menembus kegelapan malam, kakinya melangkah cepat dan kupingnya terbuka lebar. Karya hampit tak merasakan sakit yang hebat di lengannya.





Membawamu Ke Dalam Mimpi


Membawamu ke dalam mimpi
Alangkah sulitnya
Lihatlah tidurku gelisah

Aku mencarimu ke seluruh pelosok
Namun kamu hilang
Aku tak tahu engkau di mana

Mungkin kamu terselip di gugus awan
Atau tersembunyi di balik sinar bulan
Atau terserak di dedaunan luruh

Aku tak tahu dimana

Membawamu ke dalam mimpi
Alangkah sulitnya
Lihatlah tidurku gelisah
Tanpamu di sana
Aku menantinu dari awal senja
Telah kupersiapkan segalanya.
Aku manata rangku
Sekarang bertabur kembang

Di dinding kamar telah terpasang rapi foto dan gambar-gambarmu

Alangkah manisnya senyummu

Mengajakmu ke dalam mimpi
Alangkah inginnya
Karena hanya sebatas itu yang aku mampu

Menatapmu di bawah matahari
Aku tak mampu
Aku tak kuasa
Aku tak berdaya







Cinta dari balik tujuh bukit (1)


Bulan purnama masih bersanding dengan bintang-bintang di atas langit malam yang cerah. Cahayanya terus membuntutinya berlari. Ia mencari bayangan pohon besar di dalam hutan untuk bersembunyi. Golok dalam ganggaman tangannya yang kokoh meneteskan cairan darah kental yang berkilat di tempa sinar bulan. Wajahnya bersimbah keringat, nampak cemas dan berharap. Kakinya yang besar berlari tak terarah, diikuti gerakan tangannya yang berotot keras.

Dari atas bukit, ia memandang perkampungan di lereng bukit. Jejeran rumah panggung beratap rumbia masih sama, gelap dan tertutup pepohonan. Sebentar lagi akan terlihat jelas seiiring datangnya fajar. Ia alihkan pandangannya ke ladang, tak jauh dari perkampungan. Matanya buram dan gelisah melihat dalam ke sebuah saung beratap rumbia di tengah ladang. Raut wajah kecewa tampak jelas.

Seketika gerak refleksnya bangkit, matanya yang kecil mengawasi sekitarnya ketika mendengar suara gemerisik dari semak pohon bambu. Sepasang mata merah mengikuti gerakan tubuhnya yang kaku. Golok yang selalu diselipkan di pinggangnya kini masih berlumur darah. Ia mengangkatnya tinggi-tinggi siap menerjang musuh. Kakinya memasang kuda-kuda. Alam pikirannya berkecamuk penuh duga. Komar kah yang mengikuti larinya.

Perempuan Dalam Mimpi


Perempuan itu hadir dalam mimpiku. Tadi malam. Dia menggunakan rok berbentuk gelembung dengan motif bunga-bunga. Blouse putih tangan pendek dengan renda di sisi pinggir. Kakinya yang mulus dibalut sepatu olahraga kulit berwarna hijau. Dalam genggamannya ada permen loli-pop, yang sesekali dia jilat.

Aku ingin bertemu Sigmund Freud.

Aku ingin bertanya pada beliau. Apa tafsir mimpi tadi malam? Apakah itu hanya sekadar bunga tidur? Tapi memang sebelum tidur, aku memikirkan dia terus. Bahkan guling yang kupeluk kuandaikan badan mungil perempuan itu.

Perempuan itu hadir dalam mimpiku. Dia ada di sebuah sofa kafe tempat minum kopi. Tapi tidak seperti kebanyakan para pengunjung yang duduk. Dia malah rebah terlentang. Aku lihat dia memesan segelas anggur berbuih.

Hari tidak malam, tidak siang. Mungkin senja. Setidaknya kesan itu yang kudapat. Karena dalam mimpiku aku tidak terlalu memperhatikan keadaan hari. Aku hanya memperhatikan perempuan itu.

Aku ingin bertemu Sigmund Freud.

Lagi-lagi aku ingin menanyakannya. Sebenarnya secara teori, apakah mimpi itu bisa jadi hanya khayalanku saja. Atau mungkin jadi nyata?

Perempuan itu hadir dalam mimpiku. Tadi malam. Bibirnya yang bagaikan apel ranum, sangat menggodaku. Bibir itu bersalut lipstick merah darah. Sangat kontras dengan wajahnya yang terang benderang, bahkan kalau aku perhatikan lagi, terkesan pucat. Bibir itu setengah terbuka. Tidak mau mengatup, tapi tidak jua mau menganga.

Banyak anak kecil disekitar kami. Berlarian, bermain, dan berteriak.

Aku ingin bertemu Sigmund Freud.

Sayang beliau sudah mati. Mungkin kudatangi saja makamnya. Tapi aku tidak tahu di mana?

Perempuan itu hadir dalam mimpiku. Dan karena tidak tahan lagi menahan gairahku. Aku mengecup bibirnya yang merah dan sesekali menjilat loli-pop.

Loli-pop itu terjatuh.

Saat kami berciuman, seakan dunia berhenti berputar. Air terjun yang tiba-tiba hadir di latar belakang mimpi itu juga berhenti terjun bebas. Seperti adegan video yang sedang di-pause. Anak-anak yang berlarian, bermain, dan berteriak, juga idem. Seakan hanya kami yang hidup di dunia ini. dan hanya kami yang bisa begerak. Dan momen itu berjalan dengan perlahan.

Aku sangat menikmati ciuman itu. Sepertinya itu adalah ciuman terindah yang pernah kudapat. Dan bibir perempuan yang hadir di mimpiku adalah bibir terseksi sedunia. Aku tidak mau lumatanku lekas berakhir. Aku ingin mengabadikan ciuman ini, entah dengan apa. Sayang di dalam mimpi ini aku tidak mengenggam kamera. Lagipula bagaimana mungkin seorang yang sedang berciuman bisa memotret?

Aku ingin bertemu Sigmund Freud di liang kuburnya dan berteriak. Apakah ini karena sebelum kutidur tadi malam, aku memandang fotonya berjam-jam? Apakah ini semua karena sebelum tidur aku mendecak kagum, dan mendesis, kamu sangat cantik.

Perempuan itu hadir dalam mimpiku. Ketika selesai kami berciuman, aku mulai berkata-kata.

 “Maafkan aku.”

“Itu adalah ciuman yang manis, dan kamu tidak tahu, betapa aku telah lama menginginkan itu.”

Jawabnya setengah berbisik.

“Tapi aku kenal suamimu.”

“Isrimu juga temanku.”

Rasanya aku tidak perlu lagi Sigmund Freud.

Aku akan berkencan dengan perempuan yang hadir dalam mimpiku, akhir minggu ini.





Cinta dari balik tujuh bukit (7)


Langit malam yang cerah menambah semarak suasana di terminal Ciboleger. Terminal yang tak terlalu besar itu tempat bertukarnya dunia luar dan dalam wilayah Baduy. Di sisi jalan, warung-warung makan dan minum berjejer di pinggir terminal. Warung di ujung jalan dekat wc umum tampak ramai. Supir dan kenek bis yang sengaja ingin bermalam di sana masih bercengkrama sambil minum segelas kopi panas dan uli bakar.

Sementara persis di sebelah warung rokok terlihat juga segerombolan anak muda yang tertawa-tawa sambil ditemani radio dua band yang memutar lagu-lagu dangdut. Suara mendesah penyanyi dangdut lebih dominan di bandingkan suara tawa mereka. Beberapa pemuda ikut bergoyang dangdut di depan warung rokok.

“Kelakuan si kucing garong, ora kena ndeleng sing mlesnong, main sikat main embat,apa sing liwat..."

Marga berjoget riang dan tertawa-tawa sambil mengikuti nyanyian dari radio dua band. Tangan dan kakinya bergoyang-goyang. Ia membawa minuman berwarna hitam dalam plastik ukuran kecil yang terus dipegangnya. Minuman itu sudah hampir habis.

“Marga, udah minum nya. Nanti mabuk lagi, masuk got lagi. Mau?” teriak salah seorang temannya diiringi tawa melihat tingkah dan gaya Marga yang tampaknya sudah setengah mabuk.


Label:

posted by Mhyron Thapshec at 02.30

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home