Antara Khayalan Dan kenyataan Dalam Hidup Menuju Kehidupan
Rabu, 08 Juli 2009
DUNIA KAWAN
Kangeeeeeeennn!!!!!
Tak terasa sudah 1,5 tahun (dan 2 tahun untuk beberapa orang) kami berpisah dan menjalani hidupnya masing-masing. Benar-benar waktu berlalu begitu cepat..
Tahun pertama di awal kehidupan kami yang dilalui dengan mengejar nasibnya masing-masing. Mencari kerja, mengejar dunia, mengejar mimpi, mencari jati diri, membuktikan diri, berusaha, gagal, bangkit, mencoba lagi, berdoa, berharap, bermimpi, semuanya...
Kelulusan memang membuat kami berpisah, fisik bukan hati. Dalam perpisahan itu kami semua sadar bahwa hari itu kami didaulat menjadi manusia dewasa yang siap untuk mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya sendiri. Siap untuk mengambil kesempatan, siap untuk meraih apa yang kami kejar, dan juga siap untuk ditolak oleh yang kami kejar. Siap untuk naik, siap untuk jatuh.
Sekarang kami menghadapi semua sendiri, pekerjaan, susahnya cari uang, susahnya cari kerja, senangnya mendapat gaji, senangnya menjalani hidup sendiri, memiliki waktu untuk sendiri, menjadi dewasa, dan semua prosesnya. Semua sendiri, jika ada sahabat atau pacar tempat bercerita, rasanya tak lagi sama dengan dulu. Different, but still in a good way.
Tak terasa sudah 1,5 tahun bahkan hampir 2 tahun kami menapaki kehidupan kami masing-masing..
Dan kini.. ketika kelembaman dan rutinitas sudah mulai melenakanku, baru kusadari, ternyata aku kangen berat sama teman-teman TI 2003-ku.. 4 tahun bersama mereka tidak pernah membuatku bosan... Tertawa dan menangis bersama, selalu seruu.. Haaa.. kangen...
Semoga syukwis minggu depan kalian banyak yang datang ya.. Pengen aku peluk kalian semua.. Huhuhuhu..
Kami sekarang telah menjadi orang-orang yang berbeda pastinya, lebih tua tentunya lebih dewasa harapannya, tapi kami tetaplah orang-orang yang sama yang pernah dan akan selalu menjadi TI 2003. Entah sudah bekerja di perusahaan apa atau sekolah lagi dimana, kami akan selalu menjadi TI 2003. Satu keluarga.. Selalu.. Pastinya..
DUNIA HARI INI
Mau tahu gimana rasanya hidup kita sangat tergantung pada bagaimana orang lain melakukan pekerjaannya? Tontonlah Air Crash Investigation (ACI). Nah loh..
Hehehe...
[Again] ini adalah salah satu serial di Nat Geo Channel. Serial in membahas tentang kecelakaan-kecelakaan pesawat di seluruh dunia dan investigasi dibalik semua kecelakaan itu. Dari semua kecelakaan tersebut, hasil investigasinya menjadi masukan bagi berbagai pihak di industri penerbangan dunia untuk melakukan perbaikan kinerjanya.
Serius benar.. Memang. Karena [salah satunya] dari hasil investigasi inilah industri penerbangan dunia dapat memperbaiki diri.
Minggu ini kecelakaan terjadi pada salah satu pesawat China Airlines yang tiba-tiba hancur di udara dan menyebabkan 225 orang meninggal dunia. Kecelakaan ini terjadi pada tahun 2002 (tanggal 25 Mei kalo gak salah ingat). Singkat cerita, alasan dari hancurnya pesawat ini adalah kesalahan pelaksanaan prosedur maintenance 22 tahun sebelumnya.
Can you believe that?
Ok, aku gak gitu paham benar dengan penjelasan kerusakannya, tapi kurang lebih begini sederhananya..
Pesawat itu penyok karena suatu hal. Menurut Standard Repair Maintenance Boeing 747200 (jenis pesawat itu), harusnya bagian yang penyok dipotong dan diganti dengan bagian yang baru karena goresannya yang terlalu dalam. Nah, bagian maintenance China Airlines pada waktu itu, cuma mengamplas dan menambal bagian yang penyok tersebut.
Tambalan itu bertahan 22 tahun. Tapi dibalik tambalan itu, bagian pesawat yang tergores dan penyok itu retak sedikit demi sedikit. They called it metal fatigue. Retak. Sedikit demi sedikit. 22 tahun. Sekali lagi 22 tahun!!
Selama 22 tahun, hal yang mungkin nampak kecil di awal, membesar secara bertahap. Ok, mungkin ketika memperbaiki pesawat itu, petugas maintenance-nya [atau siapapun yang bertanggung jawab 22 tahun sebelumnya] gakkan nyadar, kesalahan bodoh yang dia buat karena tidak mengikuti prosedur bisa membuat 225 orang meninggal dunia. Mungkin kalau mengikuti prosedur, biaya yang dikeluarkan sangat besar, sehingga diambil jalan pintas. Yeah, jalan pintas ke dunia lain.
225 orang. Kalau semua orang yang naik pesawat tersebut selama 22 tahun sebelum kecelakaan naas itu terjadi dibilang beruntung, lalu 225 orang itu, apa bisa kita sebut apes atau sial? Nampaknya tidak semudah itu. Minimal tidak sesadis itu. Kematian memang misteri Allah. Tapi aku yakin, dalam setiap hal di dunia, selalu ada penjelasannya. Paling tidak ada moral cerita yang bisa kita ambil.
Lalu ada cerita apa dibalik tragisnya kecelakaan tersebut? Aku cuma [baru] bisa berpikir dua hal. Tanggung jawab dan konsekuensinya.
Episode ini menambah pemahamanku akan makna "Bekerjalah sebaik-baiknya". Karena kita gak tahu apa dampak dari semua yang kita kerjakan. Dekat dan jauhnya. Kita tidak bisa memprediksi masa depan. Kita cuma bisa belajar dari masa lalu. Kita cuma bisa melakukannya di masa kini.
Siapa yang tahu hal remeh yang aku kerjakan hari ini baru terasa konsekuensinya 22 tahun mendatang. Tanggung jawabku hari ini ternyata tidak sekedar untuk hari ini, tapi untuk selamanya. Tidak hanya untuk pemberi tanggung jawab tetapi untuk semua yang terlibat dalam semua hal yang aku lakukan (dan itu bisa berarti semua orang).
Begitu besarnya makna dibalik tanggung jawab dan konsekuensinya. Membuat kita tidak seharusnya meremehkan atau sekedar memandang sebelah mata pada keduanya. Ya Allah. Semoga kita semua bisa menjadi manusia yang bertanggung jawab dan siap menerima konsekuensi apapun dalam hidup kita.
Perbaikan memang lebih mudah dilakukan bila ada sesuatu yang salah. Namun, tidak selamanya perbaikan harus dilakukan karena ada kesalahan. Mudah-mudahan industri penerbangan kita sadar akan itu. Sadar bahwa setiap tindakan yang mereka ambil, mempengaruhi hidup orang banyak.
Berasa ditampar bolak balik, trus ditampar bolak balik lagi, trus ditampar bolak balik lagi. Membuatku bertanya pada diriku sendiri, "Apakah aku sudah memberikan usaha yang terbaik dalam setiap hal yang aku lakukan di dunia ini?"
Yah, begitulah..
Senyumlah, Apapun yang Kau Pikirkan
Senyumlah....
dan si manis pun tertawa
hadirkan..
rasa tuk berbagi cinta
Senyumlah...
dan si manis pun tertawa
hadirkan..
rasa rindu di hati
~lagi-lagi lagu Angan-nya GIGI
Sejak Jumat yang lalu, sampai hari ini [Rabu], aku ngabur dari pondok. Gak ngabur sih, tapi izin pulang, pulang ke rumah bude di Kaliurang. Berhubung rencana awal pulang ke Bandungnya gak jadi, makanya pulang ke rumah bude aja.
Rasanya enak juga, berhenti sejenak dari rutinitas. Membaca, dengerin radio, nonton tv, nonton dorama, jalan-jalan beli liat-liat buku, makan.. Hehehe.. nikmat.. Hal yang seperti ini memang sebaiknya dilakukan pas libur, dan tidak dijadikan rutinitas [kecuali membaca kali ya]. Kalau jadi rutinitas, nanti pelampiasan dari rutinitasnya apa dunks.. Hehehe..
Di rumah budeku ini lagi ada bule asal Amerika namanya Kate. Kate ini sedang melakukan penelitian di Indonesia. Penelitiannya tentang tarekat-tarekat di pesantren gitu deh. Yang aku kaget pas pertama kali kenal Kate [sekitar 3 minggu yang lalu] ternyata Kate adalah seorang muslimah. Aku kaget juga ngeliat dia shalat, walau akhirnya terbiasa juga sih, soalnya kita sering jama'ah Maghrib dan Shubuh bareng Bude juga. Sangat menarik.. Hehehe.. gak pernah liat bule shalat [selain pas haji sih..]. Kate ini orangnya baiiiikkk sekali.. malah lebih njawani dibanding aku, jago ngomong bahasa Indonesia, jago juga ngomong bahasa Jawa, yang halus pula.. Huakhahaha.... Kalah telak...
Anyway, aku akhir-akhir ini sering mendapatkan pertanyaan dari temen-temen sepondokku, "Mbaknya [aku maksudnya] abis dari sini mau ngapain?" Hmmm... tough question.. Mau ngapain ya... sebagai seseorang yang selama ini sangat tergantung sama lingkungan, aku terbiasa melakukan apa yang seharusnya aku lakukan. Misal, sekolah, karena kata IbuBapak aku harus sekolah, kuliah, karena aku harus kuliah, ngaji, karena udah janji sama Ibu. Dan sebagian besar dari semua hal yang ada di hidupku ini.. Sekarang, setelah hidupku akhirnya benar-benar menjadi milikku, aku malah gak tau mau ngapain.
Dulu pas kuliah setiap ditanya setelah kuliah mau ngapain, aku akan menjawab dengan jawaban standar anak kuliah saat itu, yaitu kerja lalu S2. Sekarang muncullah pertanyaan, kalau memilih kerja, akan kerja di bidang apa, kalau memilih S2 akan memilih major apa..
Apa ya yang menarik?
Sempat aku ingin kerja di bidang HRD misalnya, karena aku senang sekali ngobrol sama orang [Hehehe..], pernah ingin ambil S2 di luar negeri karena aku ingin jalan-jalan di luar negeri, pernah kepikiran ini, pernah kepikiran itu... Tapi, entah kenapa semua pikiran itu masih tidak membuatku pasti.
Sebelum mengaji di Jogja, aku mentargetkan bahwa setelah mengaji ini aku harus sudah tahu ingin apa dan ingin menjadi seperti apa di dunia ini. Akan berkontribusi seperti apa di dunia ini, akan menjadi manusia yang seperti apa kelak.
Tak terasa, sebulan sudah berlalu, waktunya sudah tinggal 2 bulan kurang aku di Jogja, dan aku masih belum menemukan apa yang aku inginkan. Jadi, apa yang sebaiknya aku lakukan? Kepada siapa sebaiknya aku bertanya?
Dudududu....
Selain semua pikiran di atas, ada lagi sesuatu yang sedang mengganggu pikiranku.. yaitu tentang... duududdudu... gak usah ah, nanti saja, kali lain saja ceritanya... Huakhahhaa...
Siph ah..
Ada Aku Ada Buku, Ada Buku Ada Kamu
Kali ini aku mau cerita tentang hubunganku dengan buku..
I've been in love with books since I have the ability to remember.. Haha..
Kata Ibu, aku bisa baca pas umur 3 tahun. Sejak saat itu, aku seperti anak kalap yang gak tahan kalo liat buku. Aku tumbuh bersama dengan buku serinya Walt Disney, serialnya Lupus [Lupus Kecil, Lupus ABG, dan Lupus dewasa], Olga, Vanya, serinya Enid Blyton, Sherlock Holmes, Agatha Christie, seri Nabi, seri Cerita Rakyat, seri Wiro Sableng [aku juga gak tau knapa bisa baca buku ini.. huakhahaha], seri Detektif Cilik, Roald Dahl, masih banyak lagi [saking banyaknya aku gak inget lagi, haha], dan terutama Seri Mengapa Begini, Mengapa Begitu (MBMB) .. Hehehe..
Waktu kecil dalam ingatanku tidak ada boneka, tidak ada main masak-masakan, tidak ada game-game, tidak ada es krim maupun permen.. yang aku ingat hanyalah buku.. buku.. dan buku.. Ulang tahun, kenaikan kelas, semua bentuk hadiah untukku dan adikku adalah buku. Namun, kemewahan untuk mendapatkan buku yang aku mau tidaklah dirasakan setiap bulan, minggu, apalagi setiap harinya.. Tapi dasar emang lahir jadi anaknya Bapak dengan buku yang bejibun, mau gak mau di otakku yang namanya rumah yang nyaman adalah rumah yang penuh buku dan minimal satu tempat yang nyaman untuk membaca..
Jadi inget.. waktu kecil aku kan sering diajak pergi sama Pakde Min.. Nah, di rumahnya ada seri MBMB yang lengkap banget.. Sayang banget, si Mas Aci [sodaraku] males bacanya. Hehe.. Jadi aku suka ngulik-ngulik rak bukunya Pakde buat baca buku seri MBMB. Aahh.. kayaknya aku jadi anak yang paling bahagia sedunia.. Belum lagi Pakde suka ngebeliin aku buku seri Lupus..
Lalu, SD dan SMP-ku kan jauh [45 menit perjalanan naik angkot] nah, buat ngisi waktu di angkot, setiap hari aku selalu bawa satu buku. Entah berapa puluh buku yang abis selama perjalanan pulang pergi ke sekolah. SMA aku mulai kenal yang namanya taman bacaan, makin kalaplah.. pulang sekolah bukannya langsung pulang atau les, tapi mampir di taman bacaan, bahkan sampe kenal ama penjaganya. Hehehe..
Pertama kalinya aku tahu bagaimana rasanya sangat marah adalah karena buku. Ketika itu aku masih SD kelas 5, adekku dengan semena-mena merobek novel Vanya baruku.. Sampai saat ini aku masih ingat bagaimana marahnya aku pada adekku dan kalo inget, bawaannya jadi pengen marah lagi.. Huakhahaha..
Salah satu film yang paling berkesan di otakku sampai saat ini pun film You've got mail! Filmnya Tante Meg Ryan dan Om Tom Hanks ini begitu terpatri di otakku justru karena tokoh Meg Ryan punya toko buku anak yang sangat nyaman dan menarik. Ini salah satu yang memicuku untuk bermimpi memiliki toko buku anak-anak..
Hidupku berkisar di antara buku sampai-sampai mimpiku pun selalu berhubungan dengan buku. Pernah ditanya oleh Pak Gunawan, dosen Teori Kepimimpinan dan Motivasi di TI, "apa visi kamu ke depan?" entah kenapa saat itu aku menjawab dengan klisenya, "Menjadikan anak Indonesia, anak yang gemar membaca." Klise, tapi anehnya, cuma jawaban itu yang aku rasa paling jujur dan terpikir saat itu..
Dulu, aku sanggup membaca minimal satu buku sehari, setebal apapun itu.. Namun, kuliah.. Haaa.. Entah kenapa hobiku satu-satunya ini kalah dengan texbooks kuliah, tugas-tugas dari dosen, himpunan, lab, dan semua lini kehidupan kuliah.. And I do miss my hobby.. I still in love with books, always have and always will [mengutip kata-katanya Blair Waldorf di GG], over and over again..
Semalam aku smsan ama seseorang tentang menemukan jati diri. Kalau dia menemukan dirinya lewat film, sedangkan aku langsung terpikir untuk bilang kalau aku menemukan diriku lewat semua novel yang aku baca sampai saat ini. Satu hal lagi yang aku sadari malam tadi... Begitu besarnya pengaruh buku dalam hidupku, karena dari buku aku belajar tentang begitu banyak hal.. Dari buku aku belajar berimajinasi dan bermimpi.. Karena dalam membaca, kita akan dipaksa dan terpaksa untuk berimajinasi, dan dalam imajinasi tidak ada batasannya.. Ah.. mengingat tentang semua hal itu membuat adrenalin meningkat dan menumbuhkan kembali rasa rindu pada masa kecil yang penuh dengan keingintahuan dan imajinasi yang liar.. Haha.. [mulai melow bahasanya..]
Sekarang, ketika akhirnya aku punya waktu lagi untuk membaca, kemampuan membacaku tak seperti dulu lagi.. Mungkin bisa berminggu-minggu waktu yang dibutuhkan untuk membaca satu buku.. Tapi toh, ada baiknya untuk memulai lagi apa yang pernah menjadi sumber semangatku di setiap harinya.. Ya kan..
~ Mona Luthfina di sela-sela waktu istirahat.. diteruskan lagi di malam harinya..
P.S. Ada resolusi baru tahun ini.. Menghabiskan antrian buku tak terbaca di rumah.. Sebelum beres gak boleh beli buku kecuali pas Pesta Buku di Landmark Braga. Mampu gak yah..
0 Comments:
Posting Komentar
<< Home