Antara Khayalan Dan kenyataan Dalam Hidup Menuju Kehidupan

Senin, 21 Maret 2011

Meningkatkan Kebersamaan Tanpa Prasangka

oleh..!!! Naswan Nain St Sati

Saya sangat terkesan sekali dengan ulasan redaksi SARAN edisi no.5/Tahun ll/Maret 2010. “Dengan niat tulus dan ikhlas, objektif tidak memiliki dan ikut berprasangka buruk kepada siapapun,” maka dengan segala kerendahan hati, saya sengaja meminjam topik tersebut dalam tulisan yang singkat ini.

Sebagai orang yang beriman kita mengakui Tuhan itu Maha Adil, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Penyayang. Tuhan menjadikan segala sesuatunya terdiri dari dua agar kita punya pedoman menjalankan hidup ini dengan baik. Ada siang, ada malam. Ada baik, ada buruk dan seterusnya.

Jadi dalam menyikapi segala sesuatu di sekeliling kita haruslah objektif dan transparan melihat dari dua sisi. Jangan berusaha mencari pembenaran. Tapi carilah kebenaran. Kita tidak bisa lepas dari semua itu agar kita mendapatkan jalan keluar yang terbaik.

Yang selalu hangat dalam perbincangan belahan dunia manapun adalah sosok seorang pemimpin dan kepemimpinannya, dipuji, dicerca, disanjung dan di jatuhkan. Semua ini sudah menjadi santapan mata dan telinga kita sejak dulu sampai kini dan mungkin sampai kapanpun.

Tentunya untuk terjun jadi seorang pemimpin tidak hanya bisa bermodalkan berani dan bijak disamping tangguh haruslah dilandasi dengan iman, tawaduk, jujur dan tawakal. Insya Allah semuai itu bisa disikapi dengan baik. Menjalankan roda kepemimpinan dengan baik adalah tugas mulia dan merupakan ibadah.

Maka sepatutnyalah seorang pemimpin yang baik bersyukur dan menyikapi dengan ketulusan hati dan berjiwa besar bila ada yang mengingatkan segala kelebihan dan kekurangannya dalam memimpin agar tugas mulia yang sedang dijalankannya membawa kebaikan bagi yang dipimpin dan menjadikan ibadah bagi yang memimpin.

Semoga Allah SWT selalu memberikan pemimpin – pemimpin yang amanah untuk nagari kito Saniang Baka. Jadi marilah kito sabagai anak nagari Saniang Baka maraso samo-samo batangguang jawab jo apo yang tajadi di nagari awak, indak paralu salah manyalahan, nan salah itu nan paralu dipelok “ko iyo ado?”, tantu mambutuhkan kasadaran dari nan mamimpin jo nan dipimpin.

Insya Allah dengan meningkatkan kebersamaan tanpa prasangka buruk dilandasi iman, tawaduk dan tawakal segala sesuatu bisa dimusyawarahkan untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik.

Label:

posted by Mhyron Thapshec at 06.16

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home