Antara Khayalan Dan kenyataan Dalam Hidup Menuju Kehidupan

Senin, 21 Mei 2012

SEJARAH MIGRASI PETANI DESA PENITI KE DESA SAKAM

BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang
Perkembangan Desa Peniti yang sebagai Desa Tua yang telah didiami oleh masyarakat Sakam  pada tahun-tahun sebelumnya, yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan Desa, juga pusat pertanian dan budaya, terus mengalami proses perkembangan dalam beberapa periodeisasi dalam kemajuan Desa. Desa peniti adalah Desa pesisir dekat pantai karena transportasi saat itu adalah transportasi laut untuk kemudahan barang dan jaza.
Timbulnya suatu desa karena memiliki letak yang strategis di tetapkan sebagai pusat pemerintahan atau berfungsi sebagai simpul distribusi barang dan jaza, jelas memiliki tempat khusus yang sering dikunjungi oleh manusia secara rutin kemudian menetap dan membangun pemukiman disektarnya.[1]
Jika ditelusuri lebih jauh tentang proses berlangsungnya migrasi  Petani Desa Peniti (Desa Tua) ke Desa Sakam Kecamatan Patani Kabupaten Halmahera Tengah baik sebelum maupun sesudahnya tampak dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang ikut melatar belakanginya. Situasi yang dihadapi oleh sekelompok masyarakat ini yang selama mereka masi menetap di Desa Peniti, langkah dan aktifitas sehari-hari kelompok masyarakat ini tetap berkebun dan bercocok tanam di Desa Sakam sekalipun mereka masi berada di Desa peniti.dan terdaftar sebagai masyarakat Peniti pada saat itu.[2] disamping itu ciri-ciri kehidupan mereka terhadap masyarakat  Desa setempat (Peniti)  tetap baik dan tidak terjadi benturan apapun. Dengan demikian guna memehami dan mengukur kondisi yang terjadi agar memiliki perubahan dalam hidup yang baik bagi masyarakat ini, maka langkah yang paling tepat bagi kelompok masyarakat ini harus berimigrasi ke Desa Sakam, karena dengan rentang jarak antara Desa tempat tinggal (Desa Peniti) yang sangat jauh ke  daerah perkebunan (Sakam). Dari  sinilah yang menjadi sasaran migrasi cikal bakal berdirinya Desa Sakam.
Dalam konteks untuk peningkatan ekonomi pertanian di Desa Sakam, maka masyarakat sakam mengambil suatu kebijakan untuk berimigrasi dari desa Peniti dan mendirikan Desa Sakam adalah merupakan suatu kebijakan penuh dan tujuan dalam cita-cita, sehingga Desa sekarang sebagai tempat tinggal yang telah parmanen.[3] Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Sakam dapat menjadi pengalaman hidup mereka. Sementara pemahaman masa lalunya selalu berkaitan dengan bagaimana masyarakat  tersebut melihat perubahan dan menetukan masa depannya sendiri.
Masyarakat Sakam adalah masyarakat yang dulunya menetap di Desa Peniti pada tahun-tahun sebelumnya, masyarakat Sakam adalah masyarakat yang terdaftar sebagai penduduk Peniti, namun karena dengan kondisi alam yang tidak mendukung untuk bercocok tanam, maka kelompok masyarakat ini mengambil sebuah kebijakan untuk berimigrasi ke Desa Sakam.
Secara historis migrasi petani masyarakat Desa Peniti yang melakukan proses mobilitas atau melakukan migrasi awal  terjadi sejak periode tahun 1983. Pada saat itu, Sekelompok masyarakat Peniti yang bermigrasi ke Desa Sakam diantaranya melalui jalur pelayaran menuju ke Desa Sakam akibat yang paling terasa dalam polah mobilitas keluar adalah dampak ekononi.[4] Migrasi ke luar di Desa Peniti dalam arti berpindah tempat dari pemukiman lama menuju ke pemukiman baru terjadi pada masyarakat Sakam. Mereka bermigrasi dengan motif ekonomi (berkebun).
Situasi yang di hadapi dimana perubahan tidak dapat dilepaskan dari sejarah dinamika sosial, Ekonomi setempat. Yang  berbedah hanyalah ciri geografis wilayah yang tidak  merata serta jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan sekaligus corak masyarakat pegunungan yang relatif “sukar”diorganisasi sebagaimana masyarakat desa daratan rendah pada umumnya. Untuk itu kajian historis sangat berguna untuk menjelaskan lebih mendalam gejala-gejala migrasi dengan perubahan struktur sistem pertanian dan kultur yang berkembang pada komunitas tersebutl.[5]
Gejalah perubahan struktur social ekonomi pedesaan (Desa Sakam) tersebut berlangsung dramatis, perkebunan tidak hanya dikawasan yang miring, petani juga membuka lahan hingga ke lereng-lereng gunung. Masyarakat Sakam pada tahun-tahun sebelumnya, aktifitas perkebunan sangat leluasa untuk bercocok tanam. Sehingga Intensifikasi pertanian telah mencapai puncak kemajuan pada tahun 1999.[6] Tanaman bulanan dan tanaman tahunan yang diutamakan pada saat itu adalah ubih kayu, ubih jalar, pisang, kacang tanah serta jenis  tanaman bulalan laiinya, sementara tanaman tahunan seperti kelapa, Pala, cengkeh, dan coklat. Jenis-jenis tanaman tersebut mulai dibudidayakan.
Tanaman kelapa yang juga di sebut sebagai mata pencaharian hidup merupakan tanaman serba guna, karena dari setiap bagian tanaman dapat di ambil hasilnya untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup. Tanaman kelapa juga merupakan komoditi sosial, mengingat tanaman ini di budidayakan oleh jutaan petani dan mampu menopang kehidupan keluarganya.
Masyarakat Sakam pada waktu itu di golongkan menjadi dua golongan yaitu golongan atas dan golongan bawah, golongan atas sebagai ketua Dusun atau Rt, dan golongan bawa sebagai masyarakat biasa. Sehingga di Desa Sakam kelompok masyarakat yang secara garis besar sebagai petani adalah merupakan doktrin dari ketua dusun, olehnya masyarakat Sakam yang pada tahun 1983 adalah masyarakat yang memiliki kebersamaan untuk bekerja dan sebagai Petani.
Kegiatan-kegiatan perkebunan di Desa Sakam merupakan target dan cita-cita perkembanagan Desa dan juga kemajuan Desa. Kegiatan perkebuanan di Desa Sakam ini dilihat  mulai dari sepanjang pantai hingga menuju ke pedalaman desa Sakam itu sendiri. Sementara pemukiman masyarakat Sakam hannya memusat dipinggiran pantai, untuk usaha pertanian, kekuatan produksi utama adalah lahan pertanian dan tenaga kerja keluarga.[7]Selain tenaga kerja, yang pada masa itu adalah sistim kerja sama antara sesama petani. Seluruh kegiatan yang dikelola ini pada akhirnya akan mengara keseluruh potensi sosial dan fisik Desa untuk mendukung usaha perkebunan.
Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari bahwa setiap daerah mempunyai potensi-potensi yang dapat memenuhi kebutuhanya sendiri. Pola usaha tersebut membawa konsekwensi bahwa struktur penanaman di daerah tersebut terdiri dari tanaman atas dasar pola pikir masyarakat Sakam, yakni pegolahan dan pemeliharaanya. Dalam hal ini masyarakat Sakam juga sudah mulai berkebun dan bercocok tanam dari ke tahun-tahun.[8]
Perhatian utama dari sejarah sosial adalah bagaimana masyarakat mempertahankan dirinya, mengatur hubungan sesamanya, dan bagaimana pula memecahkan masalah dalam berhadapan dengan lingkungannya (alamiah atau sosial) dan dengan tetangga.
Sejarah sebagai suatu proses perubahan yang umum terjadi didalam berbagai masyarakat dengan lingkungan budayaan masing-masing.[9] Olehnya itu masyarakat Sakam dengan munculnya melihat venomena perubahan ini merupakan pola pedesaan yang berlangsung mengenal perubahan yang terjadi baik golongan kaya maupun golongan miskin.  
I.B. Batasan Masaalah
Di dalam penulisan sejarah migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam. Peneliti perlu melakukan batasan masalah berdasarkan tempat (spasial) dan waktu (temporal). Hal ini tentu dimaksudkan untuk membatasi permasalahan yang menjadi dasar penulisan. Dengan demikian ruang lingkup temporal yang di pilih dalam penulisan adalah antara tahun 1983 hingga masuk pada 2004. Pemilihan tahun 1983 adalah merupakan awal pembahasan karena pada tahun itu merupakan awal migrasi masyarakat Desa Peniti yang kemudian membentuk Desa Sakam. Selanjutnya tahun 2004 sebagai batasan akhir karena pada tahun tersebut di tetapkan Dusun Sakam menjadi Desa defenitif, yang berada di wilayah  Kecamatan Patani Utara.
I.C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian atau rumusan masalah diatas, maka adapun permasalahan yang di kemukakan dalam penulisan ini yaitu sebagai berikut:
1.    Mengapa terjadi Migrasi Petani Desa Peniti ke Desa Sakam  tahun 1983-1993. ?
2.    Bagaimanakah dampak sosial dan ekonomi migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam 1983-2004.?
I.D. Tujuan dan Manfaat penelitian
1.D.a. Tujuan Penelitian
1.  Untuk mengetahui secara jelas latar belakang terjadinya migrasi petani masyarakat Peniti ke Desa Sakam pada tahun 1983-1993
2.  Untuk mengetahui  bagaimana dampak sosial ekonomi migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam 1983-2004.

I.D.b. Manfaat Penelitian
I.D.a.1. Manfaat Praktis
1.  Memberikan sumbangsi pikiran kepada pemerintah dan pihak-pihak setempat yang berkompeten tentang penatan migrasi Petani Desa Peniti ke Sakam, termasuk keturunannya yang kini tela membentuk organisasi putra putri bersama.
2.  Sebagai penambahan literature tentang sejarah sosial ekonomi patani umunya dan Desa Sakam pada khususnya maka pemerintah Desa Peniti juga memberikan dukungan moril untuk berimigrasi.
I.D.b.2. Manfaat Teoritis
1.  Sebagai penambah literatur bagi program ilmu sejarah, dalam rangka pengembangan ilmu rujukan bagi peneliti lain, yakni kini dan kedepan termasuk yang terikat sejarah migrasi masyarakat Peniti ke Sakam.
2.  Sebagai penambahan ilmu bagi peneliti untuk mengembangkan serta menyalurkan kepada anak didik tentang migrasi Desa Peniti ke Desa Sakam.
3.  Hasil penelitian ini akan di jadikan bahan sejarah, serta akan dijadikan arsip di Desa Sakam.
I.E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan ini, penulis menggunkan beberapa sumber yang dapat mendukung serta membantu memberikan keterangan atau informasi tentang masalah yang menjadi objek kajian yaitu: Laode Labani dalam bukunya yang berjudul, Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara menjelaskan tentang pertumbuhan tiga kota penting di Sulawesi Tenggara baik menyangkut komonitas kota dan mobilitas sosialnya maupun sarana dan prasarananya.[10]
Kurnadi Shahab dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Pedesaan menjelaskan perubahan sosial merupakan suatu fariasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi atau penemuan baru dalam masyarakat secara singkat.[11]
Nuhfil Hanani dan Mangku Purnomo dalam bukunya perubahan struktur ekonomi lokal, Studi dinamika moda produksi di pegunungan Jawa. Buku tersebut menjelaskan tentang transformasi ekonomi Desa pegunungan tidaklah berbeda dengan proses transformasi di pedesaan pada umunya dimana perubahan tidak dapat dilepaskan dari sejarah dinamika sosial ekonomi dikawasan tersebut.[12]
Faturochman dkk dalam bukunya yang berjudul Dinamika Kependudukan dan Kebijakan menjelaskan persoalan sumberdaya social bukan saja menjadi persoalan pembangunan yang penting, tetapi telah menjadi prasarat bagi perkembangan masyarakat di masa-masa mendatang. Hal ini terutama disebabkan oleh kecenderungan perubahan sosial politik dan birokrasi di Indonesia yang mengara kepada penataan pola distribusi kekuasaan antara pusat dan daera yang akan dilahirkan, status otonom bagi daera-daera di Indonesia.[13]
Ahmadani dalam bukunya yang berjudul Pelautkah Orang Selayar menjelaskan tentang stratifikasi sosial suatu masyarakat pada hakikatnya di pahami sebagai latar belakang pandangan hidup, waktu atau sifat-sifat mendasar. Bahkan merupakan warna dan corak dari hubungan-hubungannya.[14]
Freek Colombijn dalam bukunya yang berjudul Paco-Paco (Kota) Padang  menjelaskan tentang perubahan ruang di kota padang- sumatera barat diantara tahun 1906-1990. Ruang perkotaan dihasilkan dan digunakan oleh manusia. Perubahan-perubahan tersebut dianalisa dengan bantuan konsep-konsep kelompok strategis, teori permainan, perlawanan setiap hari dan pertalian.[15]
Andi Ima Kusuma, dalam bukunya yang berjudul migrasi dan orang bugis, yang menjelaskan tentang migrasi pada hakikatnya termasuk sala satu dari pada produk perang, selain dari itu juga merupakan produk social terhadap suatu system pemerintahan yang tidak member nuansa kebebasan bagi rakyat baik sifatnya ekonomis maupun non ekonomis, justru oleh karnanya, migrasi senantiasa trjadi sepanjang sejarah itu sendiri.
H. Amas Dinsie dan Ritno Taib, dalam bukunya yang berjudul Ternate (sejarah, Kebudayaan dan Pembangunan Perdamaian Maluku Utara) menjelaskan bahwa masyarakat memiliki sistem sosialnya sendiri yang tumbuh selama ratusan tahun, dan dibangun berdasarkan pengalaman sejarah mereka atas berbagai persoalan yang berkembang didalam kehidupan masyarakat.
Muammil Sun’an, dalam bukunya yang berjudul Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Petani, perspektif kebijakan public, menjelaskan bahwa, apapun yang dilakukan petani dalam mempertahankan eksistensinya menghadapi realitas sosial menggambarkan adanya dinamika dalam kehidupan sosial ekonominya sebagai suatu upaya untuk mempertahankan diri untuk menghadapi kemiskinan yang mendera kehidupan mereka. Akan tetapi, ada perbedaan situasional dan kondisional yang melatarbelakangi perjalanan “perjuangan” petani dalam menghadapi kemiskinan hingga sekarang ini. Hubungan produksi yang dibangun pada domain-domain diatas memiliki sifat yang hampir sama dengan pembagian sanderson. Patrimonial mengacu pada kepemilikan keluarga besar, prebendal pada signeureal, Sementara dalam mercantile kepemilikan pribadi penu, karena kepemilikanpribadi maka hubungan produksi mengara pada hubungan herarkhis antara pemilik dan buruh, meski keluarga masi berperanan.[16]

I.F. Kerangka Teoritis
Peneliti di dalam melakukan analisis obyek penelitian tentunya memerlukan alat-alat yang di butuhkan untuk memudahkan memecahkan masalah-masalah yang dikaji. Langka yang sangat penting dalam membuat analisis sejarah adalah menyediakan suatu kerangka pemikiran atau kerangka reverensi yang mencakup berbagai teori yang akan dipakai dalam membuat analisis itu. Teori adalah seperangkat pernyataan atau proposisi yang berhubungan secara logis, yang menerangkan venomena tertentu.
Blood Jr. mengatakan bahwa dalam system keluarga, perubahan itu sangat sulit dideteksi, sepanjang hubungan antara keluarga dengan lingkungan tetap stabil dan pola kehidupan keluarga terus berlanjut menurut fungsi-fungsinya. Walaupun demikian, perubahan pada bidang norma-norma dan nilai-nilai sering juga terjadi, hannya saja tidak kelihatan bagi para ahli.[17]
Merton mengatakan perubahan sosial itu memang menjadi implikasi logis dari industrialisasi ataupun modernisasi, terutama menyangkut proses penyempitan lahan dan masuknya ekonomi uang ke pedesaan yang mempengaruhi pergeseran struktur sosial yang dapat di sejajarkan dengan proses individualisasi dan komersialisasi.
Polak, menyebut ada tiga golongan menyebabkan adanya migrasi ialah: 1 .Alasan pendorong,  2. Alasan penarik, 3. Kemungkinan perpindahan, selanjutnya jikalau jelas, maka dapat di jelaskan sebagai berikut:
1.    Alasan pendorong, dapat  dimasukkan mislnya untuk membuka lahan pertanian baru karena di tempat asal suda tidak memungkinkan lagi.
2.    Alasan penarik, dapat disebut suatu faktor yang agak umum, yaitu harapan yang akan ditemui di luar negeri keadaan yang diidam-idamkan; seiring pula di negeri-negeri itu menjalankan propaganda untuk menarik imigran.
3.    Kemungkinan perpindahan, dapat disebut misalnya; karena bencana alam yang membinasakan habitasi penduduk  disuatu negeri, sehingga tidak memberi kemungkinan lagi untuk bermukim ditempat itu.
Hakim, mengatakan, dinamika sosial ekonomi masyarakat  pedesaan pada umumnya dan masyarakat petani pada khususnya ditentukan oleh beberapa faktor yakni kemampuan mereka untuk mengganti atau memperbaharui alat-alat produksinya; kemampuan untuk mendanai biaya produksi (pupuk, pestisida, dan sebagainya); kemampuan untuk menutup biaya-biaya seremonial; kemampuan untuk menyerap ide dan teknologi baru, serta kemampuan untuk memasarkan hasil-hasil produksi.
Soedjatmoko mengatakan bahwa pangakuan terhadap adanya faktor sosial budaya ini dianggap sebagai pendekatan alternative untuk menjelaskan proses sosial ekonomi dan politik. Namun demikian, pemahaman yang sangat lama terhadap apa yang di maksud dengan faktor sosial budaya menyebabkan kehadiran sosial budaya lebih merupakan keranjang untuk menempatkan sesuatu yang tersisa yang tidak dapat dipecahkan dengan cara yang lain.
Rostow mengatakan bahwa prasyarat dari sebuah masyarakat untuk berubah ke yang lebih baik (bangkit) secara ekonomi bukan hannya karena faktor dari dalam, tetapi karena faktor dari luar, yakni masyarakat yang sudah lebih maju (intervensi masyarakat modern).
Tailor mengatakan bahwa formasi sosial merupakan perwujudan dan secara keseluruhan sejumlah praktek yang kompleks dalam ekonomi, politik, ideology dan teoritisasi. Praktis-praktis itu masing-masing memiliki perbedaan, namun berstruktur sama yakni bagaimana bahan dasar di transformasikan menjadi produk spesifik yang bernilai socsal. Transformasi tersebut terjadi karena adanya pengorganisasian buruh menggunakan alat produksi tertentu.[18]
I.F.a.Teori migrasi
Migrasi petani ke daera lain yang diantaranya melalui jalur pelayaran menuju daerah-daerah yang mempunyai sumber daya alam yang cocok untuk melakukan perkebunan sebab daerah tersebut tidak cocok untuk berkebun, oleh sebab itu secara tidak langsung mereka haus berimigrasi sebab secara geografis tempat itu tidak layak untuk melakukan prtanian dan perkebunan. keinginan utama masyarakat ini adalah bagaimana untuk mengembangkan pertanian dan perkebunan yang selama masi masi berada di daerah asalnya, tanaman utama yang di rencanakan demi menunjang kebutuhan hidup adalah pala, kelapa, cengki dan coklat.[19]
Migrasi petani dalam arti berpinda tempat dari pemukiman lama Desa  menuju pemukiman baru dalam kerangka ini dapat dipahami secara luas, sehingga faktor tekanan ini dipahami baik dari segi apapun yang dibangun oleh warga masyarakat setempat. Dampak dari migrasi adalah faktor ekonomi, migrasi dalam berbagai wujud selalu membawa dampak. Dampak itu pada tataran georafis yang tidak mendukung untuk meningkatkan pertanian.pola migrasi seperti ini yang terjadi di Desa Sakam Kecamatan Patani Kabupaten Halmahera Tengah.
I.F.b.Teori mobilitas
Akibat yang paling terasa dalam pola mobilitas keluar adalah dampak ekonomi, dengan demikian mobilitas penduduk yang keluar daerah ini berkembang menjadi sentral perekonomian (berkebun). Mobilitas tersebut terlihat kurang beraktifitas, sehingga mereka dalam mengembangkan usaha perkebunan di Desa Sakam lewat usahanya sendiri, hanya saja secara kuantitas saat itu masyarakat migrasi tersebut masi relative sedikit sehingga usaha mereka itu sifatnya sebagai usaha Sembilan untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga.
Berdasarkan uraian diatas, mobilitas tersebut dapat dikatakan sebagai solusi untuk menanggulangi kebutuhan keluarga petani yang lain (Migrasi Petani Desa Peniti ke Desa Sakam). Oleh karenanya, data penelitian ini dapat mengidentifikasi adanya indikasi yang menunjukan aktifitas masyarakat asli Desa Peniti yang berimigrasi ke Desa Sakam dengan tujuan tertentu, secara besar-besaran menurut konotasi (migrasi) dalam kaitanya dengan proses penyempitan dan perubahan fungsi lahan yang terus berlangsung.
I.F.c.Teori perubahan sosial
Menurut Gillin, perubahan sosial merupakan suatu fariasi dari cita-cita hidup yang telah diterima baik karena perubahan kondisi geografis,kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya difusi atau penemuan baru dalam masyarakat secara singkat.
         Teori perubahan sosial dan gaya hidup masyarakat  mulai beruba dan menyesuaikan diri dengan hubungan dan gaya hidup modern sesuai denagan kemampuan dan keinginan yang dimiliki. Dimensi perubahan sosial struktural di pedesaan mengacu kepada perubahan dalam peranan sosial karena bertambah atau berkurangnya peranan, dan munculnya peranan baru, bergesernya wadah atau kategori peranan terjadinya modifikasi saluran komunikasi diantara peranan, perubahan dalam struktur kelas sosial dan perubahan lembaga sosial.[20]
Dalam konteks perubahan sosial di pedesaan, ternyata ada faktor-faktor yang menyebab dan faktor- faktor yang mempengaruhi proses perubahan sosial. Faktor penyebabnya dapat bersifat internal maupun eksternal. Yang internal adalah pertambahan dan penyusutan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik, ataupun pemberontakan yang terjadi didalam masyarakat itu sendiri, sedangkan yang eksternal adalah peristiwa-peristiwa fisik (bencana-bencana alam besar) serta kontak atau pengaruh-pengaruh budaya lain.
Menurut soerjono soekanto, faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu faktor-faktor pendorong perubahan social dan faktor-faktor penghambat perubahan social. Faktor-faktor yang mendorong jalanya proses perubahan diantaranya meliputi kontak dengan kebudayaan lain, yaitu sistem pendidikan formal yang maju, kesehatan, sikap menghargai karya seseorang dan keinginan untuk maju, toleransi, orientasi ke depan. Adapun faktor penghambat perubahan sosial diantaranya meliputi kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang sangat trdisional, prasangka atau sikap tertutup terhadap hal baru atau asing.
I.F.d.Teori perubahan ekonomi
Dalam teori perubahan ekonomi yang dimaknai dengan konteks perubahan yang terjadi di setiap daerah pada umumnya dan di desa pada khususnya, dalam hal ini perubahan ekonomi yang dimaknai sebagai langkah perubahan bagi setiap masyarakat yang berada di pedesaan.[21]
Gejala perubahan struktur sosial ekonomi pedesaan  tersebut berlangsung dengan baik, perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat dari kekuatan produksi dan hubungan sosial produksinya, masyarakat yang bebas berkebun dan bercocok tanam, baik tanaman bulanan maupun tanaman tahunan  akan menjadi modal utama serta menjadi cerminan hidup.,
I.G. Kerangka Konseptual
Studi ini bertujuan untuk mewujudkan hasil penulisan yang kritis dan ilmiah tentang migrasi masyarakat Desa Peniti ke Desa Sakam. Kemudian menjelaskan konsep historis yang terjadi di kalangan masyarakat. Oleh karena itu dalam penulisan ini peneliti menggunakan beberapa teori dan konsep-konsep yang relevan agar dapat memperkuat masalah yang dikaji.[22]
Pada penjelasan lain tentang migrasi oleh Andi Ima Kesuma juga menjelaskan bahwa migrasi pada hakekatnya termasuk selain dari  produk perang yang terjadi pada masa-masa kolonialisme Belanda di Indonesia. Selain itu juga migrasi telah menjadi produk sosial yang dialami dan dihadapi oleh masyarakat yang direncanakan secara sistematis atau sebaliknya dengan nuansa kebebasan baik dikarenakan faktor ekonomi maupun non-ekonomi.[23] Justru oleh karenanya,migrasi masyarakat Peniti ke Desa Sakam senantiasa telah terjadi sepanjang sejarah itu sendiri. Bagi James Fairgrive seorang geographer Amerika Serika mengemukakan bahwa manusialah yang dapat mengubah secara positif lingkungan yang dikehendaki  sesuai dengan kepentingan-kepentingan hidup yang dialaminya.[24]
Bagi Maurice Duverger berpandangan bahwa tingkat  kecerdasan umum masayarakat  akan berkembang sejalan dengan tingkat perbaikan materinya. Perbaikan materi itu di tentukan oleh kemampuannnya menguasai dan mengembangkan (ilmu pengetahuan dan teknologi).
Berdasarkan pada hal tersebut migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam sepanjang sejarah dengan sendirinya merupakan obyek studi yang actual, baik dipandang dari sudut etnografi, antropologi, sosiologi, ekologi maupun ekonomi sosial yang menjadi sorotan utama dalam penelitian dari sudut historis atau sejarahnya. Gerak sejarah membicarakan perbuatan manusia masa silam. Bersamaan dengan itu menurut Rustam Tamburaka berpendapat gerak sejarah seperti migrasi pada umumnya dianggap sebagai penyebabnya ialah manusia itu  sendiri.
Perubahan sosial di pedesaan tidak melewati proses by given atau proses menjadi begitu saja ,namun melalui on-going process, bahkan by desing dengan tahap prosesual yang terjadi karena didorong dan dipengaruhi oleh berbagai fakor.[25]
I.H. Sistematika Penulisan
Untuk mendiskripsikan tentang migrasi Petani Desa Peniiti ke Desa Sakam dengan jelas dan sistematis dalam memenuhi standar penulisan karya tulis ilmiah, Maka didalam Bab III, akan sedikit mengurai kembali tentang perjalanan migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam pada tahun 1983-2004.
Untuk mendiskripsikan kembali perjalanan migrasi ini maka dapat dilihat dari segi kehidupan masyarakat Desa Sakam yang masi menata hidup dan kehidupan di Desa Peniti, ini menunjukan bahwa kehidupan masyarakat ini pada dasarnya memiliki harapan hidupnya tergantung pada faktor perkebunan. Sementara lokasi perkebunan sangat jauh dari desa peniti, oleh sebab itu, langkah yang paling tepat untuk memajukan serta untuk menata dan mengembangkan perkebunan, maka solusinya harus berimigrasi ke Desa Sakam.
Perjalanan migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam adalah merupakan faktor ekonomi, oleh sebab itu untuk menganalisi kembali tentang perjalanan pertanian ini, kehidupan masyarakat Sakam dapat dilihat pada sistem jatuh bangun, karena jangkauan Desa Peniti yang paling jauh dari lokasi pertanian, sehingga tidak ada perawatan dalam penanaman.
Berdasarkan dengan pola pembangunan di sektor pertanian akan meningkat ketika terjadnyai masyarakat Sakam dapat berimigrasi ke Desa Sakam, haini akan menambah serta meningkatkan produksi tanaman guna memenuhi kebutuhan pangan, kebutuhan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor. Selain itu pembangunan disektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pertanian, memperluas kesempatan kerja untuk berusaha serta  mendukung pembangunan daerah.

BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian sejarah merupakan suatu kegiatan penelitian yang dilakukan secara sistematis untuk menginterprestasi masa lampau. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yang digolongkan pada sejarah lokal dan kontemporer yaitu kisah masa lampau dari kelompok yang berada pada daerah geografis tertentu.[26] Maka metode yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian sejarah. Metode sejarah merupakan kumpulan prinsip-prisip atau aturan-aturan yang sistematis dengan maksud untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha untuk mengumpulkan bahan sejarah, menilai secara kritis, kemudian menjalakanya dalam suatu sintesa.[27] 
Metode penelitian sejarah adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan sebuah penelitian sejarah sejak dari persiapan sampai selesai penyusunan dengan mengunakan langkah-langkah penelitian yaitu; (1). Heuristik (pengumpulan data) (2) Kritik atau analisis sumber (ekstern dan intern) (3). Interpretasi (4) .Historiografi (penulisan sejarah).[28]
II.A. Waktu dan Tempat Penelitian
Rentang waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksankan dari tanggal 1 April hingga tanggal 30 Juni  2011. Rencana pengumpulan sumber-sumber sejarahnya dimulai dengan perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi (cross cehk) data-data yang ditemui pada saat berada di lapangan hingga pada tahap ahhir penyusunan laporan penelitian(skripsi). Disamping itu adapun lokasi atau tempat penelitiannya di Desa Peniti dan Sakam Kebupaten Halmahera Tengah yang menjadi sasaran studi tersebut.
II.B. Teknik Pengumpulan Data
Sumber-sumber sejarah migrasi Petani Desa Peniti ke Desa Sakam merupakan bahan-bahan mentah (raw materials) sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang ditinggalkan atau aktivitas berupa (informasi/jejak-jejak sejarahnya).[29] Semua sumber sejarahnya dapat berupa suatu produk dari kegiatan-kegiatan masyarakat atau manusia yang memuat informasi tentang kehidupan mereka meskipun produk itu mula-mula tidak dimaksud (sengaja) untuk memberikan informasi kepada generasi kemudian.[30] Pada penelitian ini arah penggunaan metode yang ditempuh oleh peneliti dengan menggunakan beberapa rujukan utama (teknik pengumpula data) yaitu;
II.B.a. Studi Pustaka (Library Research)
Studi ini merupakan suatu teknik pengumpulan sumber-sumber yang dilakukan peneliti dengan jalan mengumpulkan berbagai buku-buku, jurnal,koran, majalah, disertasi maupun tesis. Pada studi pustaka ini peneliti terlebih dahulu membaca dan mempelajari berbagai sumber-sumber pustaka yang dikoleksi sesuai dengan topik atau kajian ini.
II.B.b. Studi Kearsipan
Untuk mengumpulkan dan melengkapi berbagai sumber-sumber data yang belum ditemukan pada pengumpulan sumber-sumber pustaka, data observasi,dan data hasil wawancara. Peneliti juga mengadakan studi kearsipan untuk melacak dan mengumpulkan sumber-sumber kearsipan dalam melengkapi  data sebelumnya.
Ada pun juga data-data arsip yang akan dilacak dan untuk mendapatkannya arsip yaitu seperti laporan-laporan pemerintahan desa,catatan-catan pribadi masyarakat Desa, Arsip kantor pemerintahan Kecamatan, laporan-laporan tahunan pemerintahan Kabupaten Halmahera Tengah. Selain itu juga data-data yang terdapat di arsip –arsip yang tersimpan di Kantor, Arsip dan Perpustakaan Propinsi Maluku Utara dan Kota Ternate yang telah dipublikasikan. Peneliti terlebih dahulu melekukan inventarisasi data-data arsip-arsip yang diperlukan sesuaii dengan kajian ini.
II.B.c. Studi Lapangan
1.    Observasi (Field Research)
Peneliti melakuakn penelitian dilapangan dengan cara mengadakan pengamatan atau pengindaraan secara langsung di lokasi Desa Peniti dan Desa Sakam sebagai daerah migrasi penduduk. Teknik itu digunakan untuk memperoleh berbagai sumber-sumber data yang masih butuhkan selain studi pustaka sebelum memasuki pada tahap teknik wawancara(interview).
2.     Wawancara (Interview)
Sementara itu pada metode wawancara peneliti atau penulis mengumpulkan data dengan melakukan “kontak langsung( direct) maupun secara tidak langsung (indirect) dengan subyek/key personal(juru kuci atau pelaku sejarah). Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan berbagai perangkat daftar pertanyaan (panduan-panduan pertanyaan) kepada responden yang diajukan secara lisan maupun tulisan.[31] Dalam hubungan ini untuk terarahnya wawancara sesuai dengan data yang diperlukan, selain disusun pedoman wawancara maka fokus pertanyaan diajukan sesuai dengan permasalahan topik yang ingin dipecahkan.[32]
II.C. Teknik Analisis Data
Setelah berbagai sumber-sumber data yang ditemukan dan dikumpulkan sesuai dengan prosedur metode penelitian dalam ilmu sejarah. Disini tahap selanjutnya peneliti melakukan analisis dan interpretasi data yang ditemukan sebelum memulai menyusun laporan akhir (historiografi). Analisi data dalam ilmu sejarah atau lebih dikenal dengan sebutan verifikasi sumber.[33]Verifikasi data ini sangat penting untuk mencari tingkat keabsahan dari berbagai sumber-sumber sejarah.
II.C.a. Kritik Sumber
Dalam teknik analisis data dikenal dengan kritik intern dan kritik ekstern.[34]  Sebelum melakukan kritik ekstern terlebih dahulu semua sumber-sumber yang dikumpulkan peneliti dalam rangkah merekonstruksi sejarah migrasi masyarakat masa lalu. Maka terelebih dahulu penulis memeriksa data-data yang ada untuk pengujian tingkat kebenaran. Studi ektern peneliti  melakukan pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah yang ditemukan. Seperti jika sumber itu berupa dokumen maka peneliti menguji dengan meneliti kertasnya, tintanya,gaya bahasanya, kalimatnya, dan tahun sumber itu diterbitkan.
Selanjunya kritik intern sebagai kebalikan dari kritik ekstern sebagai mana yang terdapat pada penjelasan diatas. Pada kritik intern yang diteliti oleh peneliti terhadap sumber-sumber seajarah yang akan lebih menekankan pada aspek dari dalam sumber tersebut yaitu isi dari sumber tersebut,kesaksian (testimony). Untuk memperkuat kedudukan kritik intern ini dapat dilakukan dengan dua penyelidikan (inkuri),yaitu; (1) Apa yang sebenarnya yang ingin dikatakan oleh penulis di dalam dokumen atau penjelasan-penjelasan yang disampaikan key personal dalam peristiwa sejarah( pada saat diwawancarai). (2)Pengujian fakta atau verasitas (kebenaran) sejarah. Itu dapat dilakukan dengan studi perbandingan antar sumber.
II.C.b.   Interpretasi
Berdasarkan penjelasan diawal setelah data dilakukan kritik(ekstern/intern)  yaitu peneliti mengadakan interpretasi  data dengan analisis kausalitas atau kondisional. Dari data-data yang ada peneliti kumpulkan atau disatukan untuk dianalisis. Setelah melalui interpretasi baru dapat dipetik informasi atau isi yang terkandung didalam sebuah peristiwa sejarah. Interpretasi ini sangat penting sebelum untuk merekontruksi sebuah peristiwa sejarah (historiografi).
­II.D.    Instrumen atau Alat Penelitian
Untuk mempermudah  peneliti mengumpulkan sumber-sumber atau data selama berada di lapangan. Instrumen sangatlah penting bagi peneliti untuk mereka data yang ada. Oleh karena itu peneliti menggunakana instrumen berupa:
II.D.a. instrument teknis
1.    Alat tulis kantor.
2.    Laptop.
3.    Tape recorder.
II.D.b. instrument non teknis.
1.    Daftar wawancara
2.    Kuesioner.
3.    Pedoman wawancara.
4.    Daftar chegualis.

BAB  III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.A.   Gambaran Umum Migrasi Petani Desa Peniti Ke Desa Sakam
III.A.a. Letak Geografis Desa Peniti

Desa Peniti merupakan sebua Desa yang berada di Kecamatan Patani Utara Kabupaten Halmahera Tengah, Desa Peniti adalah merupakan tempat pemukiman lama yang didiami oleh masyarakat setempat (Peniti) dan campuran orang-orang pendatang di Desa-Desa lain khususnya di Kecamatan Patani dan Desa Bicoli Halmahera Timur.[35]
Secara geografis Desa Peniti terletak di Kecamatan Patani Utara Kabupaten Halmahera Tengah adalah merupakan daerah dataran berbukit dan bergunung serta memiliki potensi tanah yang kurang subur untuk melakukan pertanian dan perkebunan, dengan itu Desa Peniti juga memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut;
-       Bagian Utara Desa Peniti berbatasan dengan Desa Sakam Kecamatan Patani Utara.
-       Bagian selatan Desa Peniti berbatasan dengan Desa Palo.
-       Bagian timur Desa Peniti berbatasan dengan pantai.
-       Sementara dibagian barat Desa Peniti berbatasan dengan lereng gunung.
Secara garis besar bahwa masyarakat Peniti yang bergerak dibidang pertanian dan perkebunan, terpaksa harus mencari lokasi dan areal perkebunan yang cocok untuk meningkatkan perkebunan serta menjadi landasan hidup bagi mereka.

III.A.b. Letak Geografis Desa Sakam
Desa Sakam merupakan Desa yang berada di Kecamatan Patani Utara Kabupaten Halmahera Tengah. Pada tahun 1983 Desa Sakam merupakan sala satu tempat pertanian dengan memiliki tanah yang subur dan cocok untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman bulanan maupun tanaman tahunan.[36]
Secara geografis Desa Sakam terletak dibagian utara kecamatan Patani Utara adalah merupakan daerah dataran rendah, berbukit dan pegunungan ringan yang memiliki potensi tanah untuk pertanian, dengan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut ;
-       Bagian utara Desa Sakam berbatasan dengan Desa Bicoli Kabupaten. Halmahera Timur
-       Bagian selatan Desa Sakam berbatasan dengan Desa Damuli
-       Bagian timur Desa Sakam berbatasan dengan pantai
-       Dan pada bagian barat Desa Sakam berbatasan dengan lereng gunung
Luas wilayah Desa Sakam pada tahun 1983 meliputi areal seluas 10 km² (1000 ha). Pada saat itu Desa Sakam masi berstatus dusun dari Desa Peniti dengan memiliki jenis tanah yang cocok untuk berbagai jenis tanaman seperti: kelapa, jagung, kedelai, kacang hijau, padi, pala, pisang dan berbagai jenis umbi-umbian. Luas dan tata guna tanah Desa Sakam dirinci sebagai berikut.

Table 1.
Luas Wilayah Di rinci Menurut Kegunaan Tanah (Ha)
Di Desa Peniti Pada Tahun 1983/1984
No
Jenis Kegunaan Tanah
Luas (Ha)
Keterangan
1
Perumahan dan Lahan Pekarangan
27,48

2
Tanah Fasilitas Umum
13

3
Jalan umum
1,60

Sumber : Arsip Pemerintah Desa Sakam 2004[37]
Berdasarkan sumber data tersebut di atas, sebagian besar wilayah Desa Sakam digunakan untuk areal pertanian, keperluan fasilitas umum dan lahan yang digunakan untuk jalan hanya meliputi areal seluas 45,03 ha. Sebagian besar wilayah Desa Sakam digunakan sebagai sumber mata pencaharian hidup bagi masyarakat terutama para petani.
Sektor pertanian di Desa Sakam merupakan sektor terdepan yang dapat memberikan harapan lebih banyak terhadap pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Halmahera Tengah. Pembangunan disektor pertanian akan terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan, kebutuhan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor. Selain itu pembangunan di sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan pertanian, memperluas kesempatan kerja untuk berusaha serta mendukung pembangunan daerah.[38]
Berdasarkan dengan pola pembangunan pertanian Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah yaitu melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi, dan di versifikasi sumber daya alam dan lingkungan hidup (pembangunan yang berwawasan lingkungan), agar tercipta suatu pembangunan yang dapat berkelanjutan untuk generasi-generasi di masa mendatang.
III.A.c. Keadaan Demografis Desa Peniti.
Berdasarkan  dengan kondisi masyarakat Desa peniti dari sebelum terjadinya migrasi ke Desa Sakam hubungan dan persaudaraan baik dalam keluarga maupun kerabat sangat erat hubungannya, masyarakat Peniti pada dasarnya tidak membedakan suku ras dan golongan sebab bagi kami khususnya masyarakat Peniti, hidup ini adalah titipan bagi siapa yang berbuat baik maka kelak akan mendapat kebaikan.       
Oleh sebab itu sistem dan rasa percaya diri yang cukup besar, bagi masyarakat peniti ini adalah merupakan pesan moral dan catatan sejarah lisan dari nenek moyang terdahulu, oleh sebab itu dari generasi terdahulu  sampai sekarang suda dijadikan budaya dan tetap dipadukan dimata masyarakat secara optimal.[39]
Dengan sistem dan budaya itu dapat memberikan serta berlaku bijaksana kepada sesama, bagi masyarakat Peniti hubungan serta perilaku yang baik ini tidak membawa dampak keburukan dimata masyarakat peniti, melainkan mengajak kepada siapapun baik pendatang ataupun yang berda di Desa Peniti sendiri.
Masyarakat Peniti pada saat itu tetap memiliki sifat dan karakteristik serta budaya hidup yang baik, sebab didalam hubungan mereka saling memberi dan menerima baik lisan maupun tulisan, rezki yang mereka dapat jika itu berlebihan maka akan dibagikan kepada tetangga ataupun kerabat  itulah karakter dan budaya masyarakat peniti.[40]
III.A.d. Keadaan Demografis Desa Sakam Sebelum Migrasi.
Masyarakat Sakam pada umunya adalah masyakat yang menetap di Desa Peniti, di tahun-tahun sebelunya hubungan serta keakraban dalam pergaulan  hidup mereka tetap akrab dengan warga masyarakat setempat dalam hal ini masyarakat peniti.
Keakraban masyarakat setempat sangat erat serta tidak terjadi benturan apapun, sebab sistim dan pesan-pesan moral serta nilai-nilai sejarah yang yang dipadukan dari nenek moyang dahulu tetap menjadi pegangan dalam hidup. Namun demikian masyarakat Sakam ini tetap memiliki sistem untuk menafkakan hidupnya sendiri sekalipun mereka masi tetap berda di Desa Peniti, dengan sistem itu terpakasa mereka harus berkebun dan bercocok tanam di Desa Sakam.
Walaupun masyarakat Sakam melakukan pertanian dan perkebunan di Desa Sakam, hubungan mereka dengan masyarakat peniti tetap baik, baik komunikasi serta budaya pergaulan setiap hari, oleh sebab itu budaya pergaulan ini menjadi catatan sejarah sehingga sampai saat ini sekalipun suda terjadi migrasi dikalangan masyarakat Sakam, namun hubungan serta komunikasi tetap jalan seperti dari tahun yang sebelumnya.
III.A.e. Keadaan Demografis Desa Sakam Sesuda Migrasi.
Pada prinsipnya masyarakat Sakam yang sedang melakukan mobilitas keluar atau berimigrasi dari Desa Peniti, tempat tinggal mereka masi bersifat semi parmanen, sebab dimasa terjadinya migrasi masyarakat Sakam semua serba  kekurangan dalam pola pencaharian. Akibat yang paling terasa adalah faktor pedagang yang belum menetap di Desa Sakam, sehingga masyarakat Sakam untuk melakukan perbelanjaan terpaksa mereka harus pergi di Desa Peniti untuk membeli kekurangan serta apa yang mereka butuhkan di dalam rumah tangga.
Masyarakat Sakam pada saat itu di kategoriakan sebagai masyarakat baru yang dibawah bimbingan pemerintah Desa Peniti, baik dari segi penataan Desa, tempat ibadah dan juga tempat tinggal perumahan, oleh sebab itu dapat kita lihat bahwa masyarakat Desa Peniti dan masyarakat Desa Sakam masi tetap memiliki rasa kebersamaan serta jiwa sosial yang tinggi.
III.B. Awal Kegiatan Migrasi di Desa Sakam
Awal kegiatan migrasi gelombang pertama pada tahun 1983, pertama-tama sekelompok masyarakat Sakam melakukan pembersihan lokasi sebagai tempat tinggal (perumahan) yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan pembersihan lokasi perkebunan, kegiatan-kegiatan ini dimulai dengan berkat kerja sama khususnya warga masyarakat yang berimigrasi dari Desa Peniti ke Desa Sakam pada tahun 1983.[41]
         Masyarakat Sakam merupakan sekelompok masyarakat yang berimigrasi dari Desa Peniti ke Desa Sakam pada tahun 1983. Masyarakat yang berimigrasi dari gelombang pertama ini masi tercatat 23 kepala keluarga (kk), dari 23 kepala keluarga ini masing-masing mendirikan tempat tinggal perumahan tersendiri. Dengan demikian tempat tinggal tersebut dibagun berdasarkan kerja sama .
         Kehidupan masyarakat Sakam pada tahun 1983 belum mampu menjamin segala kebutuhan hidup, segala kebutuhan yang di butuhkan sekalipun belum mampu menopang kehidupan masyarakat Sakam, namun masyarakat Sakam tetap memiliki komitmen serta kerja keras demi menunjang kehidupan dimasa yang akan datang.
Perjalanan sejarah mulai dari tahun 1983 adalah merupakan sebuah perjalanan yang sangat kondusif, yakni kini masyarakat Sakam dengan serta-merta akan menyadari semua apa yang dialami dalam hidup dimasa terjadinya migrasi saat itu, suatu kebanggaan bagi mereka sekalipun dengan berbagai tantangan dalam hidup, dan suatu kebanggaan pula atas berkat kerja sama demi memajukan Desa Sakam.
Awal kegiatan migrasi gelombang ke dua ini terjadi pada tahun 1985, dari jumlah kepala keluarga (kk) yang melakukan  migrasi ini terjumlah delapan (8) kepala keluargayang berasal dari Desa Peniti, dari kelompok migrasi gelombang ke dua ini pada dasarnya dari tahun sebelumnya mereka juga berkebun dan bercocok tanam di Desa Sakam, namun karena kendala tempat tinggal yang tidak layak di Desa Sakam akhirnya mereka tetap menetap di Desa Peniti. Kemudian dari itu setelah mereka upayakan untuk mendapat tempat tinggal dan akhirnya mereka berimigrasi pada 1985, kendala-kendala yang mereka tempui adalah:
-       Kendala dalam pembongkaran lahan untuk dijadikan Desa Sakam, sementara Desa Sakam masi berstatus Dusun pada 1983, kendala tersebut antara warga masyarakat Sakam dan sekelompok orang-orang Peniti, sekelompok orang Peniti beranggapan bahwa lokasi yang dibongkar itu adalah milik kami. Namun demikian dukungan migrasi Desa Peniti ke Sakam adalah merupakan program pemerintah Desa Peniti, akhirnya pemerintahan Desa Peniti mengambil sebuah keputusan dan melakukan perdamaian dari kedua bela pihak ini.
-       Secara Administrasi, migrasi Desa Sakam Bukan berarti atas kehendaknya sendiri melainkan kerja sama pemerintah Desa Peniti, sebab pemerintah Desa Peniti dengan jeli melihat kondisi masyarakat yang beraktifitas di bidang pertanian dan perkebunan sangat jauh akhirnya pemerintah Desa Peniti mengadakan dialog dan mengajak kepada mereka untuk berigrasi ke Desa Sakam dengan tujuan meningkatkan pertanian dan perkebunan mereka.[42]
Pada tahun yang sama (1983) telah terjadi pula migrasi oleh orang orang yang beragama Kristen di Desa Sakam, namun kemudian masyarakat ini sangat berjauhan dengan masyarakat yang berimigrasi di Desa Peniti, akan tetapi dalam hubungan serta tata cara dalam pergaulan atau kunjungan secara kemanusian tiap hari tetap baik sekalipun berbeda agama.
         Kehidupan masyarat ini terkadang mereka tidak menetap sebab mereka ini sebagian besar bergerak di bidang nelayan dan berburu, sekalipun mereka suda mendirikan tempat tinggal namun pola  nelayan dan berburu itu dijadikan sebagai sandaran hidup.
         Kemudian masyarakat ini setelah menjelang tahun 1988 mereka terpaksa mininggalkan Desa Sakam, sebab di tahun tersebut isu kerusuhan suda mulai berkembang, satu hal yang mereka menghindar dan takut adalah masyarakat Patani mayoritasnya beragama islam.
-       pada tahun 1993 masyarakat sakam masi berada dibawa pemerintahan Desa Peniti, kemudian jumlah kepala keluarga (kk) semakin meningkat dari angka tahun 1983-1993 khususnya penduduk asli terjumlah 31 KK, hal kemudian juga dengan banyak para pendatang yang datang dari desa tetangga lain, yang menyebabkan banyaknya penduduk di Desa Sakam.
-       Kemudian masuk pada 1998, perubahan semakin maju baik dari dari penduduknya maupun pembangunan, terjumlah penduduk yang masuk lebih banyak ketimbang penduduk asli pada 1998, namun kemudian perjalanan dari tahun ketahun sampai pada 2002 terjumlah penduduk asli sedikit meningkat menjadi 53 kepala keluarga (KK).
-       Pada 2004 Desa Sakam di resmi menjadi desa defenitif dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 131, dan jumlah jiwa pilih sebanyak 432 jiwa, dari jumlah jiwa pailih adalah gabungan dari orang-orang pendatang yang dari desa tetangga.   
III.B.a. Pembukaan Lahan Pertanian 
Aktivitas  pembukan lahan merupakan kegiatan awal dalam usaha untuk membuka lahan perkebunan, jenis pekerjaan yang dilakukan dengan ketergantungannya pada kondisi lahan, cuaca dan iklim juga merupakan sebuah hitungan dalam mendirikan perkebunan, sebab mendirikan perkebunan dapat memerlukan pertimbangan-pertimbangan dan syarat-syarat tanah tertentu agar pertumbuhan tanaman dapat tumbuh dengan subur, dengan itu para petani dapat memetik hasil serta tanamanya yang dapat menguntungkan bagi para mereka.[43]
Syarat-syarat tanah tersebut ada tanah yang baik untuk jenis-jenis tanaman seperti: jagung, kedelai, kacang hijau, padi, pala, pisang dan berbagai jenis umbi-umbian. Sedangkan tanaman kelapa adalah harus memiliki struktur tanah yang cukup baik, juga mengenai persiapan airnya, permukaan air cukup dalam, karena peranan kelapa akan menghambat pada tanah dengan air yang tergenang. Di tempat-tempat yang berdekatan dengan air yang selalu bergerak mengandung zat asam (02). Olehnya itu, tanah dengan sedikit berpasir dan memiliki bahan organiknya cukup, struktur tanah seperti ini, tanaman dapat tumbuh dengan subur dan berkembang dengan baik.
Untuk jenis tanaman kelapa umumnya tumbuh baik di daerah pantai atau pesisir. Karena tanaman kelapa berada pada areal tanah yang baik dengan kandungan air tanah yang cukup dalam atau pada tanah air yang dangkal. Meskipun kandungan C1 (Chlor) bagi tanaman tertentu kurang baik, sedangkan untuk tanaman kelapa justeru menghendaki unsur tersebut dalam jumlah yang cukup. Tanaman kelapa masi dapat tumbuh dengan baik sampai ketinggian 600 m dari permukaan air laut, bahkan sampai 700-800 m dari permukaan air laut kelapa masih dapat tumbuh, akan tetapi buahnya kurang dan lambat untuk di produksi.[44]     
Pada umumnya tanaman kelapa di budidayakan untuk jangka waktu 60 tahun atau lebih, lahan yang dipilih untuk tanaman kelapa juga harus benar-benar tanah yang baik dan subur. Masyarakat Desa Sakam dalam membudidayakan tanaman kelapa kebanyakan memilih lahan yang subur di daerah yang datar, terletak dipinggir pantai, sungai maupun daerah perbukitan ringan, dengan tujuan selain hasil produksi tinggi dapat mempermuda transportasi ketika melakukan pengangkutan langsung kepada para pedagang atau pembeli.[45]
Pembukaan lahan atau kebun yang di buka oleh masyarakat Desa Sakam bukan hanya prioritas utama bagi tanaman kelapa untuk di jual atau diperdagangkan, akan tetapi tanaman seperti: jagung, kedelai, kacang hijau, padi, pala, pisang dan berbagai jenis umbi-umbian serta sayur-sayuran. Walaupun demikian kelapa tidak diabaikan oleh masyarakat karena tanaman ini mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai bahan penerang maupun alat masak dan lainya. Pada masa itu tanaman kelapa tidak terlalu banyak seperti ditahun sesudahnya.
Pada tahun ini masyarakat Desa Sakam pada umumnya membuka lahan perkebunan sebelumnya, baik milik pribadi maupun warisan orang tua yang telah di bagi-bagikan. Sistem pembukaan lahan oleh masyarakat Desa Sakam masih bersifat individu atau keluarga. Masyarakat memanfatkan tanah-tanah tegalan yang subur dan memenuhi syarat untuk penanaman kelapa. Dalam membuka lahan baru di Desa Sakam, masyarakat membersihkan semak belukar, kemudian dibiarkan bebera hari untuk di keringkan serta kemudian dikumpulkan dan dibakar. Kegiatan ini dimaksudkan untuk terhindar dari perkembangbikan jamur penyakit dan hama. Selain itu juga abu atau arang dari hasil pembakaran itu juga dapat berfungsi sebagai penyuburan tanah.[46]   
Pada tahun 1983 masyarakat sudah mulai membuka lahan di daerah-daerah yang masi dikelilingi hutan dan pohon-pohon besar seperti di daerah Selatan yaitu Dusun Gesem dan Gogom, daerah barat yaitu Dusun Limaita, dan daerah Utara yaitu Dusun Sungai sangaji dan Dusun Kururu. Lahan berupa hutan tropik ini, masyarakat membersihkan semak belukar dan menebang pohon-pohon kecil maupun yang sedang maupun pohon yang besar dengan menggunakan parang (pedang) dan kapak (tamako). Proses pembukaan lahan seperti ini sangat membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga tidak menunggu waktu musim panas tiba, kecuali saat membersihkan lahan, dengan maksud agar lahan muda kering dan muda dibakar.[47]
Pada tahun 1985 terjadi pembukaan lahan besar-besaran di Desa Sakam. Dari setiap dusun telah membentuk kelompok kerjanya masing-masing dengan jumlah anggota kelompok yang bervareasi. Untuk Dusun Gesem dan Gogom sebagai Dusun induk dengan anggota sebanyak 30 orang atau kepala keluarga, sedangkan Dusun Limaita dengan anggota kelompok sebanyak 27 orang atau kepala keluarga, sedangkan untuk Dusun Sungai Sangaji dan Dusun Kururu dengan anggota kelompok sebanyak 25 orang atau kepala keluarga.[48]
Kelompok-kelompok kerja yang dibentuk tersebut didasari dengan beberapa hal sebagai berikut :
a.  Terjadinya persaingan dalam pembukaan lahan secara individu atau berkeluarga. Pada tahun 1988 sehingga pada tahun tersebut dibentuk kelompok perdusun dan ada batas-batas tiap dusun untuk menghindari konflik antar kelompok dusun yang ada di sekitarnya.
b.  Pada tahu 1984 harga kopra melonjak tinggi dari Rp 15.000 kg pada tahun 1987 menjadi Rp 54.000 sehingga semua orang ingin memiliki kebun kelapa.
c.  Semua orang berlomba-lomba untuk bergabung dengan kelompok kerja, dengan tujuan agar mendapatkan kebagian lahan.[49]
Di dalam kelompok-kelompok kerja pembukaan lahan di Desa Sakam, pada umumnya dengan aktivitas yang sama yaitu, semak belukar ditebang, pohon-pohon besar di tebang kemudian cabang-cabangnya dipotong dengan maksud agar muda dikumpulkan, dikeringkan kemudian dibakar, setelah lahan dibersihkan, kemudian dibagikan kepada kelompok kerja tersebut, pembagian lahan berbentuk kelompok biasanya dibagi ± 1 ha untuk tiap orang atau setiap kepala keluarga. Kemudian setelah pembagian lahan, untuk lahan di sekitarnya dibuka perindividu tergantung pada kemampuan dan kemauan masing-masing kelompok.[50]  
III.B.b. Proses Pembibitan
Secara singkat dapat dikatakan bahwa aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat Sakam yang terlibat langsung dalam migrasi petani, yakni untuk membuka lahan pertanian dengan tujuan untuk memudahkan segala bentuk apapun, langkah awal untuk membuka lahan pertanian dengan itu maka Masyarakat Sakam sangat membutuhkan bibit, bibit utama yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Sakam adalah kelapa, kelapa adalah komoditi utama bagi masyarakat Patani pada umunya dan masyarakat Sakam pada khususnya.
Aktifitas pembibitan yang dilakukan oleh masyarakat Sakam sejak terjadinya migrasi dari Desa Peniti ke Desa Sakam pada tahun 1983 adalah merupakan langakah dan tujuan bagi masyarakat Sakam untuk mendapatkan bibit, baik bibit tahunan maupun bibit bulanan. Bibit tahunan khususnya kelapa dan pala masyarakat Sakam mendapat bibit dengan cara meminta, menukar dengan piring, bahkan menukar pula dengan perahu semang-semang.
Cara untuk melakukan pembibitan dimulai dengan mencari lahan atau tempat untuk dijadikan pelindung, suhu udaranya dingin,tempat tersebut muda dijangkau, kemudian tempat tersebut juga susa diserang hama, jika tempat tersebut suda selayaknya untuk dijadikan tempat atau lokasi pembibitan, maka langkah pembuatan pembibitan mulai dilakukan.
Proses pembibitan ini dapat kontrol dalam dua kali seminggu, bagi bibit kelapa, sementara bibit pala dapat dikontorl dalam empat hari dalam seminggu, sekalipun bibit pala ini dapat dibedeng, sementara bibit coklat dalam prosesnya tidak jauh beda dengan bibit pala, kemudian pembibitan ini dapat disiram dalam tiga kali seminggu. Pembibitan yang akan direncanakan dan dapat ditanam bertumbuh dengan baik, oleh sebab itu dalam proses pembibitan ini, masyarakat Sakam tela menggunakan gagasanya sendiri serta dalam penanamanpun masyarakat tetap menggunakan idenya sendiri tanpa bergantung dari tetangga yang lain.
Di dalam proses pembibitan ini dimulai dari hitungan hari pertama sampai pada hari jadinya bibit ini selama tiga minggu bahkan tiga minggu lebih. Sementara bibit pala dan coklat hanya terhitung dalam seminggu lebih atau sembilan hari, karena bibit pala dan coklat dapat disiram dalam seminggu dua kali, sebab itu proses pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan kelapa.
Untuk lebih jelas dalam proses pembibitan ini, masyarakat Sakam pada khususnya melakukan pembibitan bukan sekedar tanaman tahunan melainkan tanaman bulanan. Tanaman bulanan adalah jagung kacang tanah, untuk melakukan aktifitas pembibitan kacang tanah dan jagung, bibit ini dapat disimpan dalam bokor serta direndam selama dua hari, tanaman ini langsung bertumbuh dan dapat ditanam.
III.B.c. Penanaman
Masyarakat Patani pada umumnya dan masyarakat Sakam pada khususnya melakukan penanaman dari tahun-tahun sebelumnya sangat membutuhkan waktu atau musim, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penanaman baik tanaman bulanan maupun tanaman tahunan. Tanaman bulanan contohnya pisang, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan sayur-sayuran dll, sementara tanaman tahunan berupa kelapa, coklat dan pala.
Sementara masyarakat Sakam juga melakukan penanaman dengan menetukan musim-musim tertentu. Musim yang ditentukan oleh masyarakat Sakam harus musim hujan, terus penanaman yang dilakukan oleh masyarakat petani khususnya di Desa Sakam juga melakukan penanaman di waktu pagi dan sore disaat pasang naik(air naik). Hal ini dilakukan dengan syarat agar tanaman tetap subur dan tidak diserang hama.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pandangan para petani khususnya di Desa Sakam, karena dengan erat hubungan dalam penanaman, maka dengan itupula dalam proses pembersihan lokasi penanaman telah trejadi pembagian dalam hal ini yang bukan pemilik hanya berhak untuk menanam tanaman bulanan, sementara dari pemilik lahan tetap berhak penuh untuk menanam tanaman baik tanaman tahunan maupun tanaman bulanan.
Kebersaman dalam pertanian adalah merupakan sebuah kebiasan dari zaman nenek moyang terdahulu, sehingga kebiasan itu tidak dihiraukan bagi masyarakat migrasi petani dari Desa Peniti Masyarakat petani ini menganggap bahwa, dalam proses kebersman dalam penanaman ini akan membawa keabadian buat mereka, karena didalamnya ada system kebersaman. Kemudian didalam hasil penanaman khususnya tanaman bulanan akan saling memberi antara satu dengan yang lain, bagi yang belum melakukan panen.
Di dalam penanaman ini dapat pula dikontrol dalam setiap hari, bahkan para petani ini terkadang mendirikan rumah semi parmanen untuk dijadikan sebagai tempat tinggal sementara dalam menjaga tanaman tersebut sehingga masyarakat sakam dapat berhasil dalam melakukan penanaman, baik dalam tanaman tahunan dan tanaman bulanan.
III.B.d. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharan tanaman merupakan aktifitas para petani dengan tujuan untuk menjaga, merawat dan mempertahankan kondisi pertumbuhan tanaman yang subur sehat serta mempertahankan kesuburan tanah. Maka dari itu tindakan-tindakan yang dilakukan harus diarahkan untuk menjaga pertumbuhan tanaman yang sehat dan pengawetan tanah. Dengan harapan tanaman dapat cepat berproduksi dan tanah tetap terpelihara kesuburanya.[51] 
Dengan pertumbuhan tanaman waktu yang cukup lama tanaman harus dijaga, kemudian waktu yang sangat kritis untuk tanaman muda ialah sejak tanaman mulai berumur  2-3 dan 4 tahun. Selama waktu itu, tanaman harus diberi perhatian yang cukup besar agar dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat, subur dan cepat berproduksi.[52] Tanaman muda harus dihindarkan dari gangguan hewan saingan dari rerumputan dan tanaman liar lainya, serangan rayap dan kemungkinan tergenang air atau lumpur.[53]
Sejak tahun 1983, para petani di Desa Sakam selama masa proses pembudidayaan tanaman masyarakat ini tetap beraktifitas di bidang pertanian dan perkebunan, sebab tujuan dan cita-cita mereka khususnya masyarakat Sakam harus berhasil dalam bidang pertanian. Masyarakat lebih memperhatikan dan memelihara tanaman seperti : kelapa dan pala yang baru untuk di tanam, bila di bandingkan dengan tanaman lain seperti : jagung, kacang hijau, padi, pisang dan berbagai jenis umbi-umbian serta sayur-sayuran. Hal ini di lakukan karena dengan pemahaman bahwa untuk tanaman kelapa dan pala akan bertahan lebih lama sehingga hasilnya dapat dipetik juga oleh anak cucu mereka.[54] Mereka selalu melakukan pengawasan tanaman agar tanaman terhindar dari gangguan dari luar. Hal ini dilakukan agar tanaman tetap tumbuh dengan subur dan proses produksinya sangat optimal.[55]
Dalam melakukan pemeliharan, tanaman ini dapat dibersihkan pada tiap hari serta dapat dikontrol, terutama tanaman bulanan, sebab tanaman bulanan tidak memiliki waktu yang panjang dan muda berfungsi serta dapat dipetik hasilnya. Sementara tanaman tahunan juga dapat dikontrol, tapi bukan berarti setiap hari, mereka menganggap bahwa tanaman tahunan masi sedikit menahan hawa panas matahari.
III.B.e. Pemanenan Hasil Tanaman 
Di negara terbelakang produksi pangan mendominasi sektor pertanian, jika ouput membesar lantaran meneningkatnya produktivitas, maka pendapatan para petani akan meningkat. Kenaikan pendapatan perkapita akan sangat meningkatkan permintaan pangan. Dalam suatu situasi dimana kenaikan produksi komuditi pertanian tertinggal dibelakang pertumbuhan permintaanya.
Hasil produksi tanaman para pelaku petani migrasi masyarakat Sakam pada mulanya hanya ditujukan kebutuhan konsumsi keluarga, dan setela mendapat pengaruh perkembangan perekonomian dipasar, maka sistem produksinya mulai berorientasi kepasar atau dijual kepada pedagang stempat. Oleh sebab itu aktifitas petani sebagai modernisasi dalam ekonomi khususnya masyarakat petani dengan segala hal produktifitasnya.
Perkembangan dan fariasi mata pencaharian para migrasi masyarakat Sakam tersebut memberikan konsekwensi logis terhadap kesedian lapangan kerja bagi tenaga-tenaga yang mencari kerja. Hal ini dengan adanya kesedian lapangan kerja maka para pekerja kemudian dengan mudah untuk menjamin kebutuhan hidup, baik yang berkeluarga maupun yang belum berkeluarga.
Perkembangan para migrasi masyarakat Sakam denan tujuan bertani juga sangat berpengaru terhadap masyarakat yang lain, seperti munnculnya perilaku masyarakat yang tidak bertani menjadi masyarakat yang bertani, hal sangat berpengaruh dari hasil panen, sehingga masyarakat sangat muda dan bersaing sebagai petani.
Fungsi dan tujuan didalam hasil tanaman untuk dipanen, masyarakat Sakam dengan semula berpikir untuk meningkatkan masa depan baik dalam bidang pendidikan (menyekolahkan anak-anaknya) bahkan memilih untuk menabung dengan orientasinya untuk pergi haji bagi yang suda mampu, serta mendirikan rumahnya.
Tanaman para pelaku migrasi juga merupakan komoditi sosial ekonomi, mengingat tanaman ini mampu menopang kehidupan masyarakat Petani di Sakam. Oleh sebab itu untuk melakukan petimbangan-pertimbangan dalam penyelamatan warga masyarakat dalam mengahadapi musiba, masyarakat Sakam tidak mersa berat karena didorong oleh hasil petani yang ada.
Ada mekanisme yang ditata dalam melakuakan panen khusunya tanaman kelapa, sebab tanaman kelapa adalah merupakan komoditi utama bagi warga masyarakat Petani pada umunya dan masyarakat Sakam pada khususnya, tanaman ini dapat dipanen dan dikelola selama tiga-tiga bulan penuh.
Berdasarkan dengan pengalaman hidup yang kami alami ketika disaat kami melakukan pembongkaran lahan perkebunan, sungguh luar biasa betapa susahnya hidup kami pada saat itu, kami tidak mengetahui ini siang atau malam kami tidak tahu, kehidupan kami sungguh menyedihkan, ketika disaat ini kami duduk dan merenungi kembali kejadian pembongkaran lahan tersebut. Berdasarkan dengan pandangan tersebut diatas maka bapak puji samir warga Desa Sakam mengatakan
 Fisili tikdirikampafile sekpeibeta fakdiki kfasalamat mam mayempa, asalbe kijaga ja nkurangase aiwan reja ncung senon amam tintonoma, maske kserfatoaema negen yoae, a mbe kifenepinemtobe kdirikam yama jana sakam ja, mbe kpekwe bet-bet cama tio ni niwia orasjati mbe iso-iso npenfenepinema, se ama orasja more kfasannangamaulomama, knikmati amam hasil bet tikpeya.”
“Dulu belum pinda dan torang bikin kebun itu tarada yang torang kase salamat, karena kurang jaga, kemudian binatang masuk kong makan torang pe tanaman biar pele me tetap bongkar pagar itu, na sotara poha akhirnya bapinda kabawa di Sakam. Kemudian lanjutkan kembali perkebunan, dan sekarang sotara mampo karja, kong torang sekarang harus kase sanag torang p hati ini, harus nikmati torang pehasil kebun yang ada”.

III.C.   Faktor Pendorong Terhadap Masyarakat Petani Migrasi Desa Peniti ke Desa Sakam
Faktor- faktor yang mendorong terjadinya migrasi petani dari Desa Peniti ke Desa Sakam adalah merupakan faktor ekonomi, didalam perjalanan ini yang didorong oleh unsur kebersaman serta memiliki nilai-nilai dan makna dalam mengembangkan potensi hidup lewat usaha dan perjuangan serta kerja keras untuk merangkul cita-cita pertanian dan perkebunan, dan didorong pula oleh pimpinan setempat.
Perjalanan migrasi Desa Peniti ke Desa Sakam merupakan perjalanan sejarah yang panjang yang di dukung oleh pimpinan Desa Peniti atau yang menjabat sebagai PJS (pejabat sementara), kemudian pimpinan dari Kecamatan pun tetap mendukung dan memberikan konstribusi positif kepada pimpinan Desa Peniti, olehnya pimpinan Desa Peniti memberikan kebebasan kepada masyarakat Sakam untuk lebih mudah berkebun dan bercocok tanam di Desa Sakam dan mendirikan rumah sebagai tempat tinggal.
Secara tidak langsung sekelompok masyarakat Sakam ini mulai menyetujui, karena pada saat itu perjalanan pulang ke lokasi perkebunan sangat jauh, olehnya kegiatan-kegiatan perkebunan dan aktifitas lain akan berjalan ketika sekelompok masyarakat ini mulai berimigrasi ke Desa Sakam
.     Perubahan-perubahan dan kemajuan Desa mulai berkembang atas kebersamaan yang dibangun oleh masyarakat Sakam itu sendiri, kemajuan tersebut baik berupa pembangunan dan perkebunan, kebersamaan. Kemudian berbagai organisasi yang dibangun demi memajukan Desa Sakam, langka-langka yang diutamakan adalah mengembangkan perkebunan kemudian dilalui dengan pembangunan perumahan.
Organisasi-organisasi petani yang dibangun dengan berbagai kelompok yaitu kelompok Gesem, Gogom, Kururu dan Lima ita. Kelompok-kelompok ini membuka lahan berdasarkan pembagian lokasi perkebunan yang merata serta saling memberi dan menerima atas saran dan masukan yang muncul didalam organisasi itu sendiri serta sifatnya mengembangkan pertanian dan perkebunan. Dari sisi lain kebersamaan yang dibangun kini memudahkan bagi mereka dalam proses pengelolaan bibit, serta memudahkan mereka dalam mengembangkan pembangunan.
Faktor pendorong adalah merupakan faktor ekonomi yang dibangun oleh masyarakat Sakam ketika muncul perubahan serta pembangunan, Masyarakat Sakam pada dasarnya merasa terpanggil atas perubahan yang muncul baik lewat TV maupun Radio serta informasi yang muncul dari dalam Desa itu sendiri. olehnya masyarakat Sakam mengambil sebuah keputusan untuk berkebun demi memajukan Desa Sakam.
Untuk mengetahui tentang perjalana pertanian, masyarakat Sakam dari tahun sebelum terjadinya migrasi. Sangat sulit dalam mengembangkan pertanian dan perkebunan Hal ini disebabkan dengan jangkauan yang begitu jauh, sehingga mempersulitkan mereka untuk menjaga serta merawat tanaman yang lebih baik. Oleh sebab itu agar lebih muda dan tidak mempersulitkan mereka, maka mereka harus berimigrasi ke Desa Sakam untuk meningkatkan tanaman yang ada.
Langkah untuk memudahkan mereka dalam melakukan migrasi ini, masyarakat Sakam dari tahun-tahun sebelumnya sudah mulai membuka lahan perkebunan, sehingga dengan adanya upaya dalam melakukan migrasi ini memudahkan bagi masyarakat Sakam untuk meningkatkan kemajuan pertanian, hal inilah akan menambah serta akan merubah sistem pertanian yang akan lebih baik.
III.C.a.Faktor Ekonomi
Indikator untuk mengukur kegiatan migrasi masyarakat petani Desa Peniti ke Desa Sakam terlihat jelas bahawa karena faktor ekonomi yang telah menjadi dasar kehidupan mereka, sehingga mendorong masyarakat Sakam untuk melakukan migrasi dari Desa Seniti ke Desa Sakam untuk mencari lahan pertanian sebagai penunjang kebutuhan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Agenda migrasi di Desa Sakam pada tahun 1983 tidak terlepas dari pengaruh faktor ekonomi, sosial, budaya.[56] 
Dengan memiliki semangat migrasi yang cukup besar dalam diri mereka hanya dengan tujuan untuk kebutuhan ekonomi,. Berdasarkan pandangan tersebut diatas maka menurut Kader Hi Usman bahwa, “Tfaldele wlou re Falgali fare tfaisayang retfagogoru “(Bakuiko hati la baku bantu deng baku sayang) dengan semangat ini dapat mengantarkan mereka kewilayah lain untuk memanfatkan lahan yang kosong untuk dijadikan tempat pertanian.
Langkah migrasi yang dilakukan masyarakat Desa Peniti ke Desa Sakam hanya karena kebutuhan ekonomis. Lahan pertanian bagi mereka dapat ditanami dengan berbagai jenis tanaman yakni: kelapa, jagung, kedelai, kacang hijau, padi, pala, pisang dan berbagai jenis umbi-umbian sebagai hasil andalan pertanian untuk di jual kedesa sekitarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam keluarga.
Disamping melakukan aktivitas pertanian masyarakat juga tinggal menetap di Desa Sakam untuk mencari nafkah hidup, dimana mereka bisa bebas untuk melakukan aktivitas pertanian dengan aman dan baik. Dengan keadaan alam yang cukup luas untuk tempat pertanian. Masyarakat memutuskan untuk tempat ini dijadikan sebagai lahan pertanian dan tempat untuk mencari kebutuhan hidup sehari-hari. Realitasnya masyarakat tinggal menetap dan melakukan aktivitas pertanian dengan baik.[57]
Berdasarkan cermatan tersebut dapat melahirkan ide, pemikiran dan gagasan, bahwa ketertarikan masyarakat migrasi petani dari Desa Peniti ke Desa Sakam untuk melakukan aktivitas pertanian di Desa Sakam didasari dengan beberapa faktor sebagai berikut:
1.  Masyrakat Desa Peniti pada umumnya adalah masyarakat petani dan menjungjung tinggi nilai-nilai keagamaan.
2.  Desa Sakam memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah terutama memiliki lahan yang subur untuk di jadikan lahan pertanian.
3.  Tingkat kebutuhan masyarakat yang hanya bergantung pada alam.
4.  Pola interaksi masyarakat di Desa Sakam disekitar lahan pertanian mereka, yakni di Desa Sakam sangatlah harmonis, dengan menurut pemahaman masyarakat Desa Sakam, bahwa siapapun orangnya jika datang di daerah kita dengan tujuan yang baik, maka kita harus hargai mereka dengan baik.[58]
Bukti ini merupakan perwujudan ketentraman yang terbina sampai pada waktu sekarang dan diikuti dengan semangat aktivitas pertanian yang cukup tinggi oleh masyarakat Desa Sakam, tempat pertanian ini dijadikan sebagai tempat tinggal dalam menjawab kelangsungan hidup mereka. Hal ini telah membuat komunitas masyarakat Desa Sakam mulai merakan kehidupan yang nyaman dalam proses bertani di Desa Sakam sebagai sentral pertanian mereka. Sekalipun hanya bertani dengan cara tradisional, tapi masyarakat juga dapat memanen hasil pertanian dan dapat dijual ke Kedesa-desa di sekitarnya, kemudian hasil jualan panenan tanaman tersebut dapat di manfatkan sebagai penunjang kebutuhan hidup mereka.
Sistem bertani yang mereka lakukan dapat bekerja sama dengan orang lain dan keluarga mereka. Dengan dasar kerja sama yang ada dibangun dengan dasar kepercayaan antara satu dengan yang lain, dengan sebuah harapan dapat membantu kebutuhan hidup keluarga dan keluarga yang lain.
Jauh sebelum kegiatan migrasi masyarakat dari Desa Peniti ke Desa Sakam, di Desa Sakam sudah terdapat kominitas petani yang mayoritasnya beragama Kristen yang sudah melakukan aktivitas pertanian pada tahun 1983. Kemudian disusul kegiatan migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam yang mayoritasnya beragama Islam dan beragama Kristen yag berada di Desa Sakam pada tahun yang sama. Disela-selah melakukan aktivitas pertanian tersebut  kedua komunitas yang berbeda agama ini dapat berinteraksi sosial dengan baik sehingga dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang nyaman dan tentram.
Faktor pendorong yang telah menyebabkan komunitas masyarakat melakukan kegiatan migrasi dari Desa Peniti ke Desa Sakam dapat di lihat pada segi luas wilayah dan kesuburan tanah, faktor-faktor  tersebut seperti, kurangya luas wilayah karena daerah asal merupakan daerah pegunungan, kurang adanya daya lingkungan dan terbatasnya potensi ekonomi, kondisi ini dapat menyebabkan masyarakat kurang mampuh meningkatkan atau memperbaiki kesejahteraan ekonomi di daerah asalnya. Disamping itu ketersediaan lahan pertanian yang dimiliki oleh suatu keluarga dalam mengelolah pertanianya makin terbatas, akibat dari letak geografis yang tidak strategis untuk tempat pertanian, sehingga tampaknya belum memadai untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. 
Desa Sakam tergolong daerah pedesaan agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya hidup bergantung pada potensi alam, yakni lahan pertanian. Sebagai masyarakat pedesaan dengan segala kearifanya masyarakat Desa Sakam selalu memanfatkan seoptimal mungkin potensi alamnya, mulai dari bertani dan berternak. Ketergantungan hidup masyarakat Desa Sakam terhadap lahan sangat kental nuansa ekonomi maupun sosialnya.[59]
Secara ekonomis, lahan dapat menjadi sumber kehidupan keluarga. Selain itu juga masyarakat melakukan aktivitas penunjang lain atau usaha-usaha lain yang dapat menunjang kebutuhan hidup keluarga sehari-hari, yakni mancing dilaut atau menangkap ikan dengan mengunakan jaring, kemudian hasil tangkapan tersebut kemudian dijual untuk memenuhi kehidupan sehari-sehari.[60]
III.C.b. Perumahan
Migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam  yang terjadi pada tahun 1983 adalah merupakan tahun bersejarah bagi masyarakat Sakam, karena sesunggunya migrasi masyarakat Sakam ini banyak kontradiksi yang terkadang menghambat aktifitas pembangunan serta kemajuan perumahan dan perkebunan. Sementara perumahan yang didirikan pada tahun 1983 baru terjumlah 20 rumah dan 23 kepala rumah tangga.
Perumahan adalah merupakan sebuah tempat tinggal kehidupan manusia dalam sehari-hari. Perumaham merupakan tempat tinggal untuk mengubah hidup dalam keluarga, serta tempat untuk menentukan masa depan keluarga dalam turun temurun. Hal ini benar telah terjadi diman-mana, oleh sebab itu masyarakat Sakam telah mendirikan tempat tinggal dengan lokasi tanah yang datar, sehingga perumahan tersebut dapat dilihat dengan rapi.
Perjalanan perjuangan dan dari tahun ke tahun perkembangan kemudian pembangunan mulai maju penduduk dan jiwa pilih pun mulai bertambah, karena didorong oleh smangat dan pembangunan yang tinggi. Pembangunan perumahan yang dulunya dari tahun 1983 terjumlah 20 rumah kini mulai meningkat dari tahun 2004 menjadi 154 rumah dan 158 kepala rumah tangga.[61]
Langkah peningkatan ekonomi pembangunan di Desa Sakam juga peningkatan penduduk yang sangat maju, maka dengan ini masyarakat Sakam dapat membuat rumah berdasarkan dengan tahapan-tahapan. Tahap utama dalam membuat rumah adalah fondasi, kemudian dapur dan disusul dengan rumah yang besar. Hal ini menunjukan bahwa modal pembuatan rumah khusnya di Desa Sakam hanya berdasarkan pada hasil tanaman.
Perumahan di Desa Sakam yang menjadi sebuah tempat tinggal yang parmanen mulai maju dan berkembang berdasarkan cita-cita dan kemajuan saing yang tinggi. Masyarakat Sakam pada khususnya telah memiliki jiwa saing yang tinggi, karena didorong oleh hasil pertanian serta hasil uasaha lainnya.
Berdasakan hasil wawancara dengan Bapak Koras Sinen mengatakan untuk mengembangkan pembangunan perumahan di Desa Sakam harus berdasarkan dengan hasil pertanian yang ada, sebab untuk kerja sampingan di Desa Sakam masi susah, beliau mengatakan bahwa “ sungguh berat mendirikan sebuah rumah tanpa ada kesiapan-kesiapan, baik kesiapan fisik, akal, dan mental, tanpa dibringi dengan kesiapan itu maka pasti akan terjadi keterlambatan dalam pembangunan perumahan”.
III.C.d. Kesehatan
Pelayanan dibidang kesehatan masyarakat Desa Sakam merupakan hak dan kebutuhan yang mendasar yang harus  dipenuhi oleh pemerintah daerah Untuk melaksanakan pelayanan dibidang kesehatan diperlukan pembangunan dibidang ini yang bertujuan agar masyarakat dapat memperole pelayanan kesehatan secara mudah dan berkualitas serta terjangkau untuk semua penduduk, sehingga diharapkan derajat kesehatan masyarakat Sakam akan semakin meningkat.
Peran pemerintah dalam pembngunan kesehatan menyangkut berbagai aspek seperti penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat sakam baik menyangkut biaya maupun tempatnya. Selain itu, pemberdayaan kepada masyarakat Sakam untuk lebih memahami pola hidup sehat dan upaya menjaga kesehatan secara baik terus digalakkan oleh pemerintah daerah ini melalui dinas kesehatan dan membentuk kader desa setempat. Penyediaan fasilitas kesehatan umum seperti Puskesmas, termasuk tenaga kesehatan baik dari segi jumlah maupun kualitas serta pusat pelayanan lainnya merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan.[62]
Kesehatan juga merupakan sala satu aspek yang penting bagi kehidupan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan masyarakat juga berkaitan erat dengan kebutuhan manusia, oleh penduduk sakam tampaknya dapat mengalami pola perkembangan dan perubahan-perubahan yang berarti, karena sebelumnya keterbatasan sistem pengobatan tradisional telah mulai mengikis berlahan-lahan menuju ke system pengobatan modern dengan tenaga medis. Hal ini bahwa pemerintah juga memberikan konsekwesi logis terhadap pola piker yang lebih baik rasional bagi masyarakat Sakam.
III.C.e. Pendidikan
Tingkat perkembangan kehidupan manusia, dimasa kanak-kanak merupakan periode yang sangat penting namun sekaligus juga merupakan salah satu periode yang berbahaya. Kurun waktu tersebut sangat membutuhkan serta memerlukan perhatian yang sesungguhnya dari pihak-pihak yang bertanggung jawab mengenai kehidupan anak-anak. Sebab dunia pendidikan merupakan obor penerang suatu bangsa dan negara.
Pembangunan di bidang pendidikan terus diupayakan oleh pemerintah kecamatan Patani Kabupaten Halmahera Tengah melalui program dan kebijakan seperti penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana di bidang pendidikan berupa rehabilitas maupun penambahan gedung sekolah baru serta peningkatan kualitas tenaga pendidikan dan pelatihan. Disamping itu juga mengikut sertakan dan membantu pihak swasta dalam mengelola pendidikan di Desa Sakam, sekalipun pendidikan sekolah dasar SD imppres sakam pada tahun 1985 terjumlah 86 siswa.[63]
Penduduk Desa Sakam yang berprofesi sebagai petani antara berpendidikan SDTT (Sekolah Dasar Tidak Tamat) sampai SLTP, dan rata-rata mengenyam pendidikan Sekolah Dasar. Rendahnya tingkat pendidikan bukan menjadi faktor penghambat dalam aktivitas usaha pertanian. Bagi masyarakat petani, pekerjaan sebagai petani tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi. Rendahnya pendidikan menyebabkan mereka tidak punya pilihan lain, melainkan tetap harus bekerja sebagai petani.
Dampak dari kondisi masyarakat Sakam dengan mengalami kejadian-kejadian itu. Maka dengan ini masyarakat Sakam mulai melihat bagaimana pendidikan di Desa Sakam, perkembangan pendidikan mulai meningkat baik dari tingkat SD,SLTP,dan SMU,hal ini bagi masyarakat Sakam pendidikan sangat berharga, oleh sebab itu, masyarakat Sakam memberikan konsekwensi logis kepada putra –putrinya yang mennyadang gelar sebagai sarjana pada instansi pemerintahan atau di swasta.
III.D.    Perkembangan Kehidupan Masyarakat Desa Sakam 1983-2004
Tingkat kemajuan dan perkembangan Desa Sakam merupakan target dan cita-cita perjuangan ketika terjadinya migrasi di Desa Peniti ke Desa Sakam. Tingkat perkembangan Desa Sakam merupakan target utama yang bersamaan dengan tingkat perkebunan, tingkat perkebunan merupakan sorotan utama demi memajukan Desa Sakam baik pembangunan fisik maupun non fisik.
Tingkat perkembangan dari tahun 1983  yang dulunya masi berstatus dusun kini berstatus menjadi Desa devenitif yang di resmi pada tahun 2004. Perkembangan itulah muncul sebua perubahan baik pembangunan pendidikan, kesehatan dan kini masyarakat Sakam yang dulunya belum mengenal tata cara dalam sistim pertanian kini semuanya suda mengenal, pengalaman itulah yang menjadi pegangan saat ini.[64]
Masyarakat Sakam merupakan komunitas masyarakat yang mampu menentukan kemampuannya sendiri, karena sesungguhnya kehidupan mereka pada saat itu masi tergantung pada alam (bercocok tanam). Pengalaman itulah mulai muncul dan membuka cakrawala berpikir demi memajukan Desa Sakam.
Strategi yang dibangun demi memajukan Desa Sakam yang pertama-tama memajukan perkebunan karena sesungguhnya perkebunan merupakan proses penerobosan dari berbagai segi, baik segi pendidikan, kesehatan dan segi perumahan. Bagi masyarakat Sakam perkebunan akan membawa dampak kehidupan yang lebih baik dan akan memiliki nilai dan asas manfaat yang turun temurun dari generasi ke generasi, tingkat pemahaman seperti itu dapat melahirkan sistim dan unsur-unsur kerja sama masyarakat Sakam dalam mengembangkan perkebunan dan pertanian serta bisa mampu menyelesaikan generasi pendidik dibidang pendidikan dan bisa mengembangkan pembangunan (perumahan) di Desa Sakam.
Perkembangan itu merupakan suatu cita-cita dan tujuan hidup bagi masyarakat Sakam, suatu keinginan dan kebersaman yang dibangun demi memajukan Desa Sakam. Muncul berbagai organisasi yang dibawa pimpinan masing-masing kelompok, tujuan serta pembentukan kelompok agar bisa memudahkan segala pekerjaan baik fisik maupun non fisik.
Di tengah-tengah perkembangan serta kehidupan masyarakat Sakam yang merujuk pada tingkat sosial dan kegotong-royongan demi memajukan sebuah perkembangan Desa itu sangat berpengaruh ditenga-tenga masyarakat yang lain baik yang berada di Desa sakam itu sendiri bahkan yang berada diluar Desa yang sempat datang ke Desa Sakam, dengan waktu yang relative singkat.
Desa Sakam adalah merupan sebua Desa yang di tempati oleh masyarakat Sakam Itu sendiri. Sejak tahun 1983 setelah terjadinya migrasi Desa Sakam dari Desa Peniti adalah merupakan desa yang berpenghuninya tidak sebanding dengan desa-desa lain. Dari segi pembangunan dan perumahan sejak berdirnya Desa Sakam dinding-dinding rumah terlihat ditutup dengan gaba, sementara atap rumah di tutup dengan daun sagu.[65]
Berlangkah dari hal diatas, sekalipun perkembangan pembangunan yang kurang berkelanjutan. Namun masyarakat Sakam tidak merasa kesulitan apapun didalm hidup. Terlepas dari hal itu, masyarakat Sakam akan merasa terpanggil dengan adanya pembangunan yang tidak berkelanjutan, sehingga akan mucul pengalaman dan serta perubahan baru dalam memajukan desa.
Perkembangan dari tahun-ketahun  Desa Sakam mulai berkembang, yang sejak awalnya dari tahun 1983 masi berstatus dusun, selanjutnya memasuki pada 2004 Desa Sakam diresmi menjadi Desa Devenitif. Perkembangan Desa dan perumahan semula berkembang sejak dari tahun 1985. Sementara pembangunan gedung sekolah dan perkantoran-perkantoran mulai direnofasi seta penambahan gedung pada 2004 yaitu Kantor Desa.
Tujuan dan cita-cita pembangunan Desa Sakam  meningkat mulai kini 2004. Masyarakat Sakam merasa bangga atas perkembangan dan kemajuan yang mereka miliki, satu hal yang menjadi sorotan adalah perkembangan ekonomi pertanian, sehingga dapat membawa citra dan nama baik kemajuan Desa Sakam yang harmonis dan dapat dipercaya oleh Desa-Desa lain serta mengakuinya bahwa Desa Sakam merupakan desa yang bisa diakui keberhasilannya, sebab dilihat dari masa terjadinya migrasi kehidupan masyarakat ini sangat sederhana, namaun demikian, dengan berkat kebersamaan Desa Sakam sangat maju dalam bidang pembangunan.

III.D.a. Sosial 
III.D.a.1. Organisasi Sosial Masyarakat
0rganisasi sosial hampir selalu ada dalam semua aspek kehidupan manusia. Didalam berinteraksi setiap hari kita mengenal bahwa komunitas masyarakat Sakam sebagai bentuk kegiatan organisasi mulai dari yang lebih besar hingga yang lebih kecil. Organisasi-organisasi yang lebih besar adalah kerjasama dalam bidang pertanian dan perkebunan, sementara organisasi yang kecil adalah bakti sosial dan arisan keluarga.
Sistem organisasi kemasyarakatan di Desa Sakam sangat beragam, baik yang terkait dengan kegiatan ekonomi, kegiatan politik maupun kegiatan kerukunan dan gotong-royong. Eratnya hubungan antar penduduk dan kebiasaan gotong-royong yang besar merupakan ciri utama kehidupan masyarakat di Desa Sakam. Lembaga-lembaga kemasyarakatanpun tak lepas dari kondisi itu. Pertalian antar anggota masyarakat akan sangat kental sehingga pola interaksinyapun sangat terkontrol dengan baik dalam kehidupan sehari-hari di dasari dengan budaya yang dimilikinya.
Desa merupakan suatu tempat pemukiman terpenting yang mempunyai tatanan atau aturan hidup tersendiri didalam menata kehidupan para pemukiman. Desa juga merupakan tempat konsentrasi penduduk di satu tempat yang mempunyai berbagai kemudahan yang dapat memungkinkan kehidupan suatu masyarakat dapat berlangsung dengan baik.
Suatu pemukiman tradisional apapun bentuknya, memiliki pusat lembaga sosial atau mungkin lebih, seperti Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKMD), Karang Taruna, Remaja Mesjid, yang berfungsi untuk menjaga dan melihat agar semua aturan yang disepakati dapat dilaksanakan dan ditaati oleh warga masyarakat yang bersangkutan. Lembaga–lembaga tersebut pun dapat melaksanakan sanksi yang melekat pada tiap aturan yang disepakati, atau sanksi yang kemudian dibuat atau diubah sesuai dengan kebutuhan atau kondisi sosial masyarakat yang berubah, karena organisasi sosial ini juga merupakan perpanjangan tangan dari pemerinta Desa.
Masyarakat di Desa Sakam yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian hidup sebagai petani dan tentu menghabiskan sebagian besar waktunya di darat. Namun disisi lain mereka juga sebagai nelayan yang hanya sebatas menafkahkan hidupnya. Namun ini juga tidak mengurangi minat masyarakat pada kegiatan lain yang juga membutuhkan waktu yang tertentu pula. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah dalam hal organisasi-organisasi yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan beragamnya kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Organisasi – organsiasi sosial yang dimaksud di Desa Sakam meliputi organisasi yang berasal dari dalam anggota masyarakat itu sendiri, terutama yang timbul dikalangan para pemuda dan remaja seperti yang telah disebutkan diatas. Itu pun telah dilibatkan anak-anak pemuda yang berasal dari kalangan komunitas petani yang beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat yang ada dalam wilayah Desa Sakam. Akan tetapi tidak menupi kemungkinan, bahwa pola pembaharuan komunitas petani.
Terkait dengan hal tersebut diatas, Koentjaraningrat mengatakan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Defenisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Di dalam kehidupan masyarakat tradisional, terlihat tradisi yang sangat kuat, karena kaidah-kaidah yang berlaku secara turun temurun khususnya yang terjadi di Desa Sakam, serta akan dialami oleh generasi berikunya, tanpa mengalami perubahan. Sistem-sistem yang dipakai adalah sistem yang dipakai oleh nenek moyangnya dahulu. Sehingga dalam masyarakat demikian yang belum mengetahui sistem diatas sangatlah sulit utuk berdaptasi, apa lagi yang berhubungan dengan dunia luar kurang sekali, daya kreasi masyarakat sedikit, juga sangat kurang.[66]
        
III.D.a.2. Stratifikasi  Sosial
Hampir semua masyarakat didunia, baik yang kehidupanya sederhana maupun yang sangat kompleks. Tentu terdapat perbedaan kedudukan dan status dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat yang sederhana, biasanya perbedaan itu sifatnya terbatas. Karena jumlah warganya sangat sedikit, dan orang-orang dengan kedudukannya yang tinggi tidak banyak jumlahnya. Sebaliknya dalam masyarakat yang sangat kompleks, perbedaan mengenai kedudukan dan status juga rumit, karena jumlah warganya yang cukup banyak. Dan individu-individu dengan berbagai kedudukan yang tinggi pun jumlahnya sangat banyak. Perbedaan dalam kedudukan dan tatus itulah yang menjadi gejalah dalam kehidupan sosial.[67]
Status adalah kedudukan berupa hak dan kewajiban sosial seseorang dalam sistem sosial. Kedudukan seseorang tidaklah berarti sekumpulan kedudukan-kedudukan dalam kelompok yang berbeda. Akan tetapi kedudukan-kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
Status sosial masyarakat Desa Sakam pada tahun 1983, kecenderungan merujuk pada kondisi ekonomi dan sosial masyarakat dalam kaitanya dengan jabatan (kekuasaan), tingkat pendapatan, pendidikan dan peran yang dimiliki oleh masyarakat Sakam hanya bergantung pada hasil pertanian. Di dalam masyarakat ada yang dikenal dengan status kelas dan dikategorikan dalam tiga kelas yakni :
1.    Masyarakat kelas atas adalah masyarakat yang suda berhasil dalam bidang pertanian.
2.    Masyarakat kelas menengah adalah masyarakat yang keberhasilanya masi terbatas dan.
3.    Masyarakat kelas bawah adalah masyarakat yang baru bergerak di bidang pertanian.
Dari ketiga status sosial tersebut di atas kalau kita lihat status sosial dalam masyarakat Desa Sakam akan semakin nampak ketika kita melihat dari segi mata pencaharian mereka. Dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Sakam mata pencaharian pokok adalah bertani. Jadi pada prinsipnya status sosial masyarakat Desa Sakam ditengah-tengah kehidupan masyarakat dapat dikategorikan dalam status sosial masyarakat kelas menengah. Karena mereka mempunyai usaha dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupa hanya bergantung pada alam dan lautan. Sedangkan orang-orang yang membuka tempat-tempat penjualana, itu berasal dari luar daerah kemudian Guru, PNS itu berasal dari luar daerah.
Oleh sebab itu dapat kta lihat bahwa, pengertian tentang status sosial cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam hubungan dengan status sosial dengan orang lain berdasarkan suatu ukuran terntentu. Tolak ukur yang dipakai didasarkan pada sala satu atau kombinasi yang mencakup tingkat pendapatan, pendidikan, prestasi kekuasaan. Menurut Spenser status sosial seseorang atau sekelompok orang dapat ditentukan oleh sutau indek. Indeks seperti ini dapat diperoleh dari jumlah rata-rata skor, misalnya, yang dicapai seseorang dalam masing-masing bidang, seperti pendidikan, pendapatn pertahun keluarga, dan pekerjaan dari kepala rumah tangga.[68]        
III.D.a.3. Interaksi Sosial 
Manusia disamping sebagai mahluk individu juga sebagai mahluk sosial. Terdorong oleh kedudukanya yang kodrati sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Di mana manusia pun berada dia pasti memerlukan orang lain, maka terbentuklah macam-macam kelompok, mulai dari kelompok yang kecil sampai pada kelompok yang besar semuanya terjadi melalui interaksi sosial.
 Aneka ragam kelompok tersebut dapat terwujud keluarga, organisasi kemasyarakatan atau organisasi lainya, Negara, pemerintah, organisasi regional, organisasi nasional dan sebagainya. Dengan adanya macam-macam kelompok tersebut, terciptalah bentuk interaksi sosial. Yaitu interaksi atara orang satu dengan orang yang lain dalam kelompok lain, kelompok dengan kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok yang besar.[69]
Dilihat dari uraian diatas kaitanya dengan interaksi sosial masyarakat Desa Sakam dalam di daerah pertanian, dari hasil wawancara dengan bapak Sahad Hi Usman selaku Sekertaris Desa mengatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan antara yang satu dengan yang lain serta selalu membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut beliau masyarakat Desa Sakam adalah masyarakat yang bergerak di bidang pertanian maka selalu membentuk kelompok pertanian[70].
III.D.a.4. Perubahan Sosial 
Tak ada masyarakat yang berhenti pada suatu titik tertentu sepanjang masa. Setiap masyarakat dalam kehidupannya tentu mengalami perubahan, jika terjadinya perubahan sebagai akibat penyesuaian diri dari anggota suatu masyarakat secara penuh kesadaran.
Perubahan sosial masyarakat Sakam adalah suatu ciri dan sistem sosial yang normal dan dapat dijumpai dalam setiap masyarakat. Perubahan sosial tidak hanya terbatas pada masyarakat modern atau pada masyarakat yang dinamis, tetapi perubahan sosial juga terdapat pada masyarakat tradisional. Hal ini yang menjadi proses kajian adalah bagaimana dalam melihat proses terjadinya perubahan tersebut dan apa fungsinya serta peranan dari perubahan social itu dalam kehidupan anggota masyarakat dimana perubahan itu terjadi.
Pada hakekatnya proses perubahan sosial yang berlangsung dalam suatu masyarakat dapat dibedakan dalam dua bentuk, pertama; proses  perubahan sosial yang datang secara tiba-tiba dan sama sekali sangat sukar diperkirakan akibatnya, perubahan sosial yang datang secara mendadak ini, adalah jenis perubahan sosial yang membawa perubahan total dalam segala aspek kehidupan masyarakat Sakam. Kedua: perubahan sosial yang datang secara perlahan-lahan dalam kehidupan suatu masyarakat. Perubahan sosial yang termasuk dalam kategori ini, cukup sukar untuk dilihat atau dengan kata lain bahwa perubahan itu hampir tidak dapat dirasakan oleh anggota masyarakat Sakam atau khusus yang bersangkutan.
Untuk mengetahui dengan jelas perubahan-perubahan sosial yang terjadi atau yang berlangsung dalam suatu masyarakat Sakam, diperlukan suatu tindakan atau sandaran historis, dengan ini pula untuk memperhatikan tentang perkembangan dan perubahan kehidupan budaya di Desa Sakam.
Perubahan sosial yang melanda kehidupan masyarakat migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam Kecamatan Patani, Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), kita dapat melepaskan diri dari ruang lingkup sejarah migrasi masyarakat sakam dibawah penjuru patani kabupaten Halmahera tengah, yang telah mencatat peristiwa penting dikawasan Maluku utara.   
Perubahan sosial masyarakat patani pada umunya dan masyarakat Sakam pada khususnya lebih bersifat khusus, karena merupakan bagian dan perubahan kebudayaan. Sedangkan perubahan kebudayaan bersifat umum karena mencakup dari semua aspek kebudayaan, yakni dilahirkanya cita-cita atau kebutuhan yang berkembang menjadi gagasan yang baru, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Melihat dan menyadari akan adanya dampak perubahan sosial dan ekonomi di Desa Sakam, karena dengan muncul nilai-nilai dan rasa tanggung jawab demi meningkatkan pola perkebunan dan pertanian serta meningkatkan pola pembangunan. Atas dasar itulah masyarakat Sakam merasa muda untuk menentukan masa depan yang layak.
Perkembangan pembangunan serta kebersaman yang tinggi bagi masyarakat Sakam adalah merupakan sebuah kebanggan bersama. Hal ini karena dengan berkat kerja sama untuk mengubah hidup dan kehidupan yang baik, peran serta sistem yang dibangun baik dalam kepribadian maupun sesama adalah saling memberi dan menerima, sebab desa sakam pada umumnya dari turunan nenek moyang adalah satu keluarga.

III.D.a.5. Kesejahteraan Sosial
Berbicara tentang kesejahtaran sosial, maka cenderung merujuk pada kondisi ekonomi dan sosial seseorang atau sekelompok orang dalam kaitannya dengan peranan yang dimiliki, orang bersangkutan dalam masyarakat dimana ia menjadi anggota masyarakat disuatu lingkungan yang ia berada. Dengan demikian, pengertian tentang kesejahtran sosial cenderung memperlihatkan tingkat kedudukan seseorang dalam hubungannya dengan status orang lain berdasarkan suatu ukuran tertentu. Hal ini akan merujuk pada sistem dan nilai-nilai budaya ekonomi sosial masyarakat Sakam.
Masyarakat Sakam adalah masyarakat yang memiliki sistim baik pembangunan maupun pertanian, sejak perjalanan migrasi di desa peniti dan mendirikan Desa Sakam sebagai tempat tinggal, kesejahtraan semula muncul secara pelan-pelan dengan adanya perubahan baik didalam penanaman itu sendiri bahkan pembangunan perumahan yang setiap tahun mualai berubah.
Kehidupan masyarakat Sakam selalu dihadapkan pada keberuntungan atau kemalangan, kehidupan yang malang membutuhkan upaya untuk memperbaiki dengan pikiran yang positif, seperti kerja keras, menuntut ilmu di negeri orang, dan menghilangkan sikap pasra pada nasib. Kegigihan dan keuletan untuk melepaskan diri dari penderitaan harus dengan cara yang bijaksana yaitu harus bekerja keras dan ulet.
Nilai kejujuran yang harus dimiliki oleh setiap orang, seseorang yang jujur dalam menyampaikan atau berbuat sesuatu kepada orang lain, orang tersebut akan mendapat kepercayan, kejujuran untuk menyampaikan penderitan kesusahan dan ke bahagian didalam masyarakat sakam yang dinyatakan secara luas. Oleh sebab itu, nilai moral dalam kejujuran pada diri manusia perlu dipertahankan dan diujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kesejahtraan sosial masyarakat Sakam, maka akan merujuk pada kondisi ekonomi dan social, baik seseorang maupun sekelompok orang yang berkaitan dengan peran-peran tertentu yang dimiliki oleh orang-orang yang bersangkutan atau  menjadi anggota masyarakat yang menetap di daerah tertentu. Dengan demikian, pengertian tentang kesejahtraan sosial akan cenderung dan akan memperlihatkan tingkat kedeudukan seseorang atau sekelompok yang berdasarkan pendapatan hasil tertentu.
Berdasarkan pada suatu tolak ukur yang dipakai pada suatu kombinasi yang mencakup tingkat kesejahtraan baik dari tingkat pertanian, kepribadian seseorang atau sekelompok orang dapat ditentukan oleh peranya sendiri-sendiri. Hal seperti ini dapat diperoleh dari dalam masing-masing bidang, baik bidang pendidikan, kesehatan, dan pendapatan keluaraga.
Pada prinsipnya bahwa tingkat kesejahtraan sosial komunitas perkebunan dan pertanian, migrasi petani masyarakat Sakam dari Desa Peniti sangat layak didaera asalnya (sakam), dari pendapatan inilah yang telah menempatkan nilai-nilai mereka di mata masyarakat khususnya di Desa Sakam itu sendiri.
III.D.a.6. Ekonomi
Pembangunan ekonomi suatu masyarakat pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan peningkatan pendapatan dan kesejahtraan masyarakat, pembangunan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang amat luas cakupannya, karena pendapatan dan kesejahtraan masyarakat itu sendiri yang memiliki keterkaitan, tidak saja dengan aspek-aspek ekonomi, melainkan juga aspek social budaya kemasyarakatan dan lain sebagainya.
Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang di perlukan manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya, kebutuhan itu bersifat material maupun spiritual. Pada dasarnya kebutuhan itu suda ada sejak pertama kali masyarakat Sakam masi berada di pemukiman lama Desa Peniti. Pendorong terpenting dari usaha pemenuhan kebutuhan itu umunya bersifat alamiah, karena tujuannya lebih mengara kepada mempertahankan dan mengembangkan diri ataupun kelompok. Bagian tersebut dari dorongan itu telah berwujud dalam bentuk hasrat, kehendak dan kemauan baik yang timbul pada masing-masing pribadi maupun kelompok sosial. Hal ini sehingga terjadinya migrasi petani Desa Peniti ke Desa Sakam.
Masyarakat Sakam adalah masyarakat yang berprestasinya sebagai petani karena sesungguhnya, dari tahun-tahun sebelumnya masyarakat Sakam suda mulai berkebun dan bercocok tanam, hal ini benar-benar dan menunjukan bahwa terjadinya migrasi Desa Peniti ke Desa Sakam pada tahun 1983 adalah merupakan faktor ekonomi.
Perkembangan ekonomi adalah sebuah langkah dan perjuangan serta cita-cita masyarakat Sakam itu sendiri, ekonomi yang dibangun adalah demi membangun serta mendorong langkah-langkah dan aktifitas sehari-hari, hasil dan perjuangan perekonomian akan mengubah hidup bagi masyarakat Sakam, karna hasil yang di dapatkan akan di kelola serta di jual dari pembeli yang berada di desa sakam itu sendiri.
Hasil perkebunan adalah merupakan hasil usaha yang dilakukan oleh masyarakat Sakam itu sendiri, setela itu  didalam hasil pengolahan kemudian dikelola oleh pemiliknya sendiri atau dengan kerabat setempat, ataupun membayar orang-orang setempat untuk bekerja atau mengelola, hal ini membawa dampak kepuasan bagi yang bekerja atau yang mengola, sebab hasilnya di bagi rata berdasarkan hasil yang didapatkan.
Sejalan dengan hal itu, masyarakat Sakam juga pada dasarnya memiliki prinsip-prinsip dan konsep khusus bahwa, perputaran ekonomi yang di kelola dan dijual dari Desa Sakam adalah merupakan faktor kepercayaan, dan bagi kami khusunya masyarakat Sakam akan memudahkan kami dari setiap pengusaha, hal ini para pembeli juga memberi kebebasan kepada warga masyarakat bahwa ada sistim panjar barang. Sistim ini bagi para pembeli akan metutup kembali uatang-utang bagi petani yang suda melakukan pengolahan.
Golongan petani dan golongan pedagang dikenal sebagai golonagan masyarakat dinamis yang memiliki karakter bisnis yang cukup baik. Sejak dulu ada seorang pedagang buton, terkenal yang ulet dan pengusaha pelayaran yang tangguh. Informasi yang disampaikan oleh bapak Hayun Ode Moridu sala satu toko migrasi di Desa Sakam pada tanggal 15 juni, “bahwa pedagang dahulu telah memiliki sifat-sifat dasar mengambil resiko dalam mengejar keuntungan, percaya diri yang tinggi, berinsiatif, tekun dan bekerja keras, serba bisa, cepat tanggap, luas dalam pergaulan dan mampu memimpin, baik dalam skala besar maupun skala yang kecil”. Degan ketegaran itu para pedagang ini memiliki jaringan dalam pengelolaan hasil di Desa Sakam yang cukup besar.
Masyarakat Sakam juga memiliki langganan bos (pathner bisnis) khusus yang kemudian tanaman akan di kelola maka hasilnya akan di jual dari para pembeli yang di anggap sebagai bos atau langganan, hal ini bahwa pembeli tela memberikan kebebasan kepada para pelanggang atau petani untuk berutang disaat ada kebutuhan yang dibutuhkan, oleh  sebab itu karena ada kepercayaan dari kedua pihak (penjual dan pembeli), maka masyarakat Sakam akan merasa muda sekalipun ada utang dari para pembeli.
Sistem petani masyarakat Patani pada umunya dan masyarakat Sakam pada khusunya adalah bagi siapa yang melayani masyarakat Sakam dengan pelayanan yang baik maka hasil pertanian yang dipanen akan di masukan atau di jual kepada pihak pembeli dan yang dianggap sebagai pelanggang.
Dampak dari migrasi masyarakat Peniti ke Desa Sakam adalah untuk bertani juga menumbuhkan mental etos kerja bagi masyarakat Sakam, hal tersebut bercermin pada pada masyarakat dalam melakukan pekerjaan pokoknya seoptimal mungkin serta berusaha meningkatkan pendapatan kesejahtraan melalui berbagai mata pencaharian, baik bternak, menanam sayur-sayuran, pisang, ubi kayu,ubi jalar dll.  
III.D.a.7. Budaya
Cerminan kepribadian suatu bangsa dan merupakan sala satu penjelma jiwa bangsa dari abad ke abad, namun demikian, bangsa didunia juga memiliki adat dan kebiasaan tersendiri dari yang satu dengan yang lainnya tetap berbeda, dengan tidak persaman inilah dapat dikatakan bahwa, adat itu merupakan suatu unsur yang terpenting dan memberikan identitas dan gagasan yang lebih jelas.
Sepanjang kehidupan, orang-orang sering membicarakan soal budaya, dan orang-orang senantiasa berbondong-bondong ingin tahu tentang budaya, oleh sebab itu budaya adalah merupakan sebua adat dan kebiasan setempat yang memeliki sebuah nilai-nilai dan hikma-hikma tertentu, serta mengajak menyadarkan diri kepada seseorang dengan menghayatinya.
Bertolak dari uraian diatas tergambar dalam kehidupan masyarakat Patani pada umunya dan masyarakat Sakam khususnya. Adat merupakan manivestasi dari pandangan masyarakat Sakam dalam institusi social yang menempatkan nilai-nilai budaya yang tinggi, sebab budaya juga merupakan perwujudan serta mengatur pola tingkalaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Pandangan masyarakat Sakam bahwa setiap manusia yang hidup dalam lingkungan keluaraga khususnya di Desa Sakam. Adat merupakan bagian yang paling terpenting dalam hidup yang tidak terpisahkan dari suatu unit social, atau dengan kata lain aturan atau kehidupan social akan dijiwai dengan budaya setempat.[71]
Masyarakat Sakam yang telah berimigrasi dari Desa Peniti adat atau budaya yang di kembangkan adalah adat yang sama selama masyarakat ini masi berada di Desa Peniti, tidak ada perbedan adat atau budaya setempat baik di Desa Peniti dan Sakam. Bagi masyarakat Sakam budaya yang dianut akan melahirkan keyakinan dan kepercayan yang baik bahwa hanya dengan adatlah akan membawa ketentraman dan kebahagian bagi warga masyarakat setempat.
Unsur keyakinan dan kepercayan yang telah dimanivestasikan oleh masyarakat sakam dalam mendukung serta memelihara adat dan sistem setempat, karena adat merupakan faktor penunjang dan akan bertahan sepanjang masa, hal ini menurut bapak Asra Samir selaku toko adat di Desa Sakam mulai tahun terjadinya migrasi dari Desa Peniti. Adat yang sementara dijalankan mulai dari masa nenek moyang hingga saat ini tidak ada perubahan sama sekali, didalam pandangan mereka adat adalah proses untuk saling mengenal diri antara satu dengan yang lain, saling membantu antara satu dengan yang lain, serta saling menghargai”.
Peran budaya yang dikembangkan oleh masyarakat Sakam agar tidak terpengaruh dengan budaya lain, langkah untuk menutupi budaya lain adalah mengembangkan budaya yang bersifat keagaman, serta menyadarkan warga masyarakat setempat dengan membentuk organisasi pengajian dalam sitiap rumah, sehingga budaya yang tidak bernuansa agama kurang berpengaruh dan tidak dipertahankan.
Makna yang terdapat didalam masyarakat Sakam, telah menjadi rangkaian dan tradisi bahasa (spekkultur) di daerah setempat. Akan tetapi kata-kata yang dimaksud tidak dijumpai disetiap hubungan komunikasi tiap hari. Fenomena itu terlihat ketika ada hajatan yang melibatkan masyarakat setempat, secara totalitas dan atau ada problem yang muncul ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang cukup kompleks. Adat kembali menjadi pegangan masyarakat menjadi solusi dalam pemecahan masalah tersebut seperti masalah pernikahan.
III.E. Peranan Budaya dalam Kehidupan Masyarakat Desa Sakam
 Masyarakat Patani umunya dan masyarakat Sakam pada khususnya telah memiliki peran-peran khusus dalam mengembangkan budaya setempat, budaya-budaya yang dikembangkan juga berdasarkan pada momen-momen tertentu khususnya sair lalayon dan budaya yang bersifat ke agamaan.
sistem atau budaya yang terkadang tidak memiliki batas-batasnya, budaya ini dapat dipentaskan pada setiap saat dan pada hari-hari upacara pernikahan. Lalayon adalah merupakan budaya yang dipentaskan pada setiap saat dan pada momen hari-hari pernikahan. Lalayon adalah syair yang memiliki makna atau pesan-pesan keagaman dan bisa mampu menyadarkan seseorang.
Syair lalayon merupakan sala satu sastra lisan yang terdapat di wilayah Kabupaten Halmahera Tengah, khususnya di Kecamatan Patani yang bernuansa Islam. pada zaman dahulu para pencerama dalam menyampaikan ajaran agama islam, selalu menggunakan sair lalayon sebagai alat pengungkapan. Dikatakan bernuansa Islam, karena makna syair lalayon merupakan sala satu ragam sastra lisan yang pada umumnya berisikan ajaran-ajaran moral (ajaran Islam) yang dipadukan bersama budaya lokal yang baik tentang nasehat, petunjuk dan peringatan kepada manusia sebagai Sang khaq untuk senantiasa menjalankan perintahnya.[72]
Peran syair lalayon sebagai pembangun peradaban masyarakat sakam yang bersifat edukatif sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. Terdapat pesan syair-syair lalayon yang disampaikan sebagai pembelajaran terhadap pembentukan karakter individu atau masyarakat, sehingga tercipta suasana batin yang harmonis dan tetap menjaga hubungan silaturahmi yang penu kebahagian dalam kehidupan.
Sastra lisan Syair lalayon adalah merupakan sebua sair yang memiliki makna dan norma-norma islam serta memiliki peran dimaluku utara, syair lalayon adalah merupakan sebuah budaya yang berasal dari nenek moyang terdahulu,serta memiliki peran mulai dari jaman nenek moyang hingga masih tetap dipertahankanya.
Sastra lisan Syair lalayon setela dipentaskan harus berpasang-pasangan dua orang laki-laki dan dua orang perempuan serta diiringi dengan tifa dan biola. Ini menunjukan bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan tidak jau beda, sebagai perwujudan serta kebersaman hidup baik dalam keluarga maupun kerabat. Sementara makna kombinasi alat pengiring tarian lalayon seperti tifa dan biola memiliki konsep jender, tifa mencerminkan status kelelakian beserta karakternya sedangkan biola adalah wanita dengan sifat kewanitaan.
 Bertolak dari gambaran di atas bahwa syair lalayon yang terdapat di Sakam harus dilestarikan dan dipertahankan, karena dapat memperkaya kebudayaan kearifan lokal masyarakat patani pada umunya dan masyarakat Sakam pada khususnya untuk menunjang khasanah kebiudayan nasional.
Syair lalayon merupakan warisan nenek moyang yang di jadikan kebiasan dan petunjuk dalam kesatuan kehidupan masyarakat yang bersumber dari kelompok masyarakat Patani dan Desa Sakam pada khusunya, adat dan kepercayan juga merupakan hukum dasar yang merupakan citra dari masyarakat Sakam yang berlaku sejak lama.
Sesuai dengan perjalanan sejarah syair lalayon berasal dari Arab, asal kata dari lalayon lailaha illaulah yang berarti tiada tuhan selain Allah, sedangkan syair lalayon dalam bahasa masyarakat Sakam artinya bernyanyi atau berkata-kata. Akan tetapi syair lalayon yang secara kolektif terdapat di Patani Kabupaten Halmahera Tengah adalah sebuah nama satra lisan yang memiliki kalimat hiasan yang mempunyai rima dan irama.
Menurut para informan dari Bapak Hi Hamadi pada tanggal 13 juni, bahwa “syair lalayon adalah cerita tentang kehidupan yang di dalam berisikan nasehat, petunjuk, serta mengandung unsur-unsur Agama Islam sebagai peringatan kepada pemeluk Agama Islam agar benar-benar mempelajari dan menghayati ilmu agama dan mengamalnya”.
Masyarakat Patani pada umunya dan masyarakat Sakam pada khusunya menyebut tuhan sebai wujud kepercayan tertinggi yang memiliki kekuatan gaib yang dapat dirasakan dalam peristiwa yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia dalam kehidupannya. Wujud ketaqwan masyarakat terhadap sang pencipta yang dinyatakan dengan kata- kata hanya di gunakan dalam perayan hari-hari besar keagaman. [73]
Pada tahun-tahun sebelumnya Masyarakat Sakam dalam tingkat kepercayan, masyarakat Sakam menganggap bahwa jin juga memiliki kekuatan gaib, serta bisa membantu dan menyembuhkan orang yang mengalami kesakitan. Namun tidak sebanding dengan sang khaliq, hanya Allah yang lebih memiliki kekuatan, merubah hidup seseorang serta mengetahui bumi dan segala isinya.[74]
Masyarakat Sakam juga mengetahui dengan adanya benda-benda yang memiliki kekuatan-kekuatan gaib, baik ditempat-tempat yang dianggap memiliki kekuatan seperti batu-batuan yang bentuknya seperti kuburan, hal ini benar bahwa dari jaman nenek moyang meman dapat di percayai hal itu, sebab hal itu sangat berpengaruh pada sat itu ketika ada keberhasilan dalam bermohon dan meminta. Namun kemudian berlangkah dari hal itu semakin tahun-ketahun semakin hilang, dan kini kurang dipercaya, sebab tidak memiliki kekuatan lagi.
Di dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Asra Samir, selaku toko adat dan toko agama,”Ia berpendapat bahwa, Lailaha Ilaulah yang artinya tiada Tuhan selain Allah, hal ini menunjukan bahwa, Allah adalah merupakan satu-satunya yang bisa mengetahui dan bias menentukan nasib seseorang baik nasib buruk dan nasib baik, serta bisa mengetahui segala-galanya baik hidup dan mati, serta mengetahui hari-hari kiamat”.
Berkaca dari hal diatas bahwa, Allah adalah segalanya dalam hidup, yang bisa kita bermohon dan meminta atas segala keinginan yang kita inginkan, serta dialah yang bisa mengampuni segala perbuatan, baik dalam bentuk apapun, oleh sebab itu dalam wawancara dengan Bapak Koras Sinen selaku toko adat. Ia mengatakan bahwa hanya Allah yang bisa menentukan nasib hidup dan mati, serta dalam melakukan aktifitas apapun dialah yang bisa kami utamakan, sebab dialah yang mengetahui segalanya.
Kepercayan yang merupakan bagian dalam hidup, dan akan menjadi bekal dalam hidup adalah beramal serta bermohon kepada Allah swt yang senantiasa sebagai penguasa jagat raya dimuka bumi ini, hal ini bahwa, masyarakat Sakam juga dapat memberikan pandangan agama lewat pengajian dan pengamalan baik lewat lisan serta kegitan-kegiatan yang bersifat agama.
Masyarakat Sakam merupakan suku bangsa yang setia kepada islam, namun didalam pelaksanan upacara-upacara tradisional masih Nampak cara-cara yang berkesinambungan dari dahulu, tetapi diberi semangat dari tema-tema Islam. Sepanjang perilaku keagamaan tidak bertentangan dengan anjuran islam. Upacara-upacara peninggalan lama, masi tetap mempertahankan dalam upacara daur hidup, yakni upacara-upacara seperti: upacara kelahiran, upacara masa kanak-kanak, upacara masa dewasa, upacara kematian dan lain-lain masi tetap dilaksanakan di daerah asalnya “Sakam”. [75]
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Koras Sinen, mengenai budaya yang sangat berperan di Desa Sakam, beliau mengatakan bahwa, “ budaya-budaya yang masi dipertahankan dan bahkan tidak perna hilang dimata masyarakat Sakam adalah budaya lalayon, sebab budaya lalayon adalah memiliki makna-makna dan syair-syair yang berbau dengan agama Islam”.
Berdasarkan pandangan tersebut diatas maka bapak Agil Hanan warga Desa Sakam mengatakan.
Itnir adat lalayon ja bukan tinobo tegeja ge itbot peipa, tia selima file itnir tete re agan sia sirpeito, benfan berombe itja, sirpeiya niri tujuan na smatiata, bo mpini pari moni pari ta tergantung na sautlia, kabe moni maka ta ini tujuana tana mpinli, kabe mpini maka ta tujuana na monli. Jadi lalayon ja ini maknanya nfasabara smat, fare nfayakini smat”.
Torang pe adat lalayon in baru bikin tarada, tapi dari dulu lagi, mulai dari kakek dan nenek suda laksanakan. Kemudian merembes sampai sekarang, mereka laksanakan dengan tujuan dari tiap manusia, jika laki-laki angka saut maka tujuannya di parampuan, sebaliknya perempuan juga tujuan dari laki-laki. Jadi lalayon ini maknanya memberikan kesabaran kepada setiap orang serta meyakininya.                                              


BAB IV
PENUTUP
IV.A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dari hasil diatas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang Migrasi Petani dari Desa Peniti ke Desa Sakam Kecamatan  Patani Utara Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng) 1983-2004 (tinjauan sejarah sosial ekonomi) sebagai berikut: migrasi masyarakat sakam dari desa peniti adalah merupakan perjalanan sejarah ekonomi yang panjang dan dapat dirasakan oleh masyarakat Sakam secara kolektif. Dengan terjadinya migrasi ini dapat juga memiliki program baik dalam bentuk fisik maupun non fisik yang dimana program ini terjadi dilingkungan masyarakat itu sendiri. Program-program tersebut berupa bekerjasama dalam membangun perkebunan dan pertanian, serta organisasi-organisasi sosial yang dapat membangun Desa Sakam itu sendiri.
Pembangunan ekonomi suatu masyarakat pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, pembangunan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang amat luas cakupannya, karena pendapatan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri memiliki keterkaitan, tidak saja dengan aspek-aspek ekonomi melainkan juga social budaya kemasyarakatan dan lain sebagainya.
Didalam migrasi ini masyarakat dipandang perlu bahwa, setiap desa harus memiliki program dan cita-cita tersendiri, dalam hal ini dapat untuk memajukan desanya masing-masing, oleh sebab itu, hai ini menjadi suatu indikasi bahwa fakto-faktor yang terjadinya migrasi dari desa peniti ke Desa Sakam adalah merupakan faktor ekonomi.
Besarnya semangat migrasi masyarakat sakam didasari pada pandangan hidup bahwa bagi migrasi yang didera kemiskinan dan tidak mungkin memperbaiki kehidupan ditempat kelahirannya, maka masyarakat Sakam ini mengambil sebuah keputusan logis untuk meninggalkan tana kelahirannya “Desa Peniti”, untuk mencari lapangan kerja yang layak dan aman untuk ditempati. Untuk itu sadar atau tidak sadar mereka berpedoman pada makna kata-kata “more dirikit botisa betsia tpetfenesipa” artinya adalah mari bapinda jika tidak maka kebun tidak mampu, maka dengan itu masyarakat Sakam telah berbondong-bondong berimigrasi ke Desa Sakam, dan mendirikan Desa Sakam sebagai tempat atau kampong yang Berkecamatan di Patani Kabupaten Halmahera Tengah.
Berdasarkan dengan penjelasan diatas, mula-mula masyarakat migrasi ini secara langsung mendirikan perkebunan dan pertanian di Desa asal migrasi, didalam perkebunan tersebut dengan berbagai  kelompok yang dibangun dan didalamnya adalah kelompok satu turunan dan satu keluarga, kegiatan-kegiatan yang dibangun akan memiliki program dan jadwal kerja masing-masing, sehingga tidak mengganggu aktifitas lain.
Aktifitas-aktifitas lain yang bisa menjamin kehidupan para keluarga adalah masyarakat Sakam yang berstatusnya sebagai petani,  juga beraktifitas sebagai nelayan, oleh sebab itu waktu yang menjadi penentu dalam beraktifitas serta untuk bisa menjamin keluarga dan para kerabat-kerabatnya. Oleh  sebab itu peran masyarakat sakam dalam menjamin hidup dan kehidupan keluarga adalah baik dalam bertani dan juga sebagai nelayan. Hal ini menunjukan bahwa lokasi Desa Sakam khususnya utara dengan luas areal 4 km, selatan seluas 5 km, dan timur berbatasan dengan pulau Sayafi. Sehingga masyarakat migrasi ini dalam beraktifitas baik dalam berkebun maupun sebagai nelayan sangat leluasa, Untuk mengetahui hasil produksi tanaman para pelaku migrasi masyarakat Sakam, pada mulannya hanya dijuluki kebutuhan konsumsi keluarga, tetapi setelah mendapat pengaruh perkembangan ekonomi pasar, maka sistem produksinya mulai berorientasi ke pasar atau untuk dijual baik melalui pedagang setempat, atau kumpul dan jual di tempat lain yang pembelinya lebih meningkat ketimbang pembeli dari dalam Desa itu sendiri.
Berdasarkan dengan hal itu, aktifitas petani sebagai modernisasi dalam ekonomi khususnya masyarakat petani dengan segala hal produksinya, dampak dari migrasi oleh masyarakat Sakam untuk melakukan pertanian dengan tanaman yang diutamakan, baik tanaman tahunan dan tanaman  bulanan, tanaman tahunan yang saat ini sangat diprioritaskan dan bisa menjamin kehidupan para migrasi ini adalah kelapa, kelapa adalah merupakan komoditi utama bagi masyarakat Sakam, kemudian menyusul pala dan coklat. Sementara tanaman bulanan adalah pisang, ubi kayu, ubi jalar, dan lainnya yang sebagai penambahan dalam hidup, serta dijadikan sebagai konsumsi setiap hari.
Perkembangan fariasi mata pencaharian para migrasi masyarakat Sakam tersebut memberikan konsekwensi logis terhadap kesediaan lapangan kerja kepada siapapun, khususnya bagi para pencari kerja, akhirnya aktifitas para migrasi masyarakat Sakam dengan tujuannya bertani juga dapat berpengaruh terhadap masyarakat yang lain. Serta member pula pengaruh dalam menumbuhkan etos kerja masyarakat untuk selalu berupaya meningkatkan pendapatan dan kesejahtran dengan usaha kerja keras. Disisi lain dengan perkembangan ekonomi tersebut mengakibatkan mengikisnya nilai solidaritas tolong-menolong dalam masyarakat dengan diganti oleh sistem upah.
Untuk mengukur tingkat keberhasilan bagi para petani ini, dapat dilihat dari tingkat pembangunan perumahan serta dilihat pada tingkat pendidikan sekolah dan kesehatan, masyarakat Sakam juga memiliki daya saing dalam menigkatkan sumber daya manusia (SDM) lewat pendidikan baik sekolah dasar SD sampai pada tingkat perguruan tinggi, dengan persepsi bahwa modal pendidikan akan lebih berharga dan akan membawa masa depan yang lebih baik. Kenyataan tersebut memberi spirit terhadap anak-anak untuk mengikut jejak-jejaknya yang telah sukses dalam pendidikan, serta menggambarkan tingkat kesejahtraan masyarakat yang lebih baik, serta menciptakan pola pikir yang lebih menguntungkan bagi para generasi untuk menigkatkan masa depannya dan masyarakat Sakam pada khususnya. Agar tetap mempertahankan bakat dan minatnya sebagai petani dan sebagai anak sekolah.
IV.B. Saran
Untuk mengurai serta menganalisis kembali tentang perjalanan migrasi petani desa peniti ke sakam adalah merupakan perjalanan sejarah yang merujuk pada soal ekonomi, oleh sebab itu para peneliti mengurai kembali tentang perjalanan yang dimaksud diatas, petani adalah merupakan aktifitas untuk menjamin serta menopang  hidup atau merubah hidup dan bisa menjamin serta meningkatkat anak didik (sekolah) lewat usaha pertanian, oleh sebab itu para petani harus benar-benar membutuhkan kesabaran baik dalam suka maupun duka.
Oleh sebab itu, penulis memberi saran khusunya kepada pemerintah untuk jeli dan melihat serta memperhatikan para petani ini agar lebih maju dan bersaing dengan para petani yang lebih maju, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pemeritah diharapkan dapat dibaringi dengan sosialisasi yang bisa melibatkan masyarakat setempat. Sebagai wujud kepedulian pemerintah dengan masyarakat yang diselingi dengan kegiatan pelaksana kunjungan yaitu guna memberikan saran serta kebersamaan dalam menjalankan aktifitas, dan juga menjaga perbedaan persepsi dalam lingkungan masyarakat.
Suatu daerah yang ditempati oleh masyarakat dimanapun, tetap memiliki tekad dan cita-cita pembangunan daerah tersebut maju dan berkembang sesuai dengan UU hak asasi manusia No 9 tahun 1999, yang berarti bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak untuk secara bebas beraktifitas, serta bisa mendirikan pembangunan perumahan serta membangun perkebunan di Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI).
Hal ini dapat di lihat pada program pemerintah yang berlangsung, terutama dalam pelaksanaan pembangunan, disamping itu program yang dapat berdasarkan pada asas pertumbuhan serta pengembangan yang bisa diharapkan dan bisa menunjang hidup bagi warga masyarakat setempat. kemudian diharapkan pula pada pemerintah agar bisa memberikan pola baru dalam upaya pengembangan pertanian. Sebab amanat yang dipundak pemerintahan adalah rakyat untuk kesejahteran rakyat.
Pemerintah dalam mengambil sebuah keputusan dan kebijakan dalam mengubah sistem kemasyarakatan harus memiliki sikap netral, harus berdasarkan pada aturan atau mekanisme yang diterapkan oleh institusinya sendiri, atau dengan berprinsip keseimbangan dalam menangani problem didesa masing dikunjungi. Sebab keberhasilan suatu pembangunan juga terukur dari tingkat keseimbangan dan kesejahteraan atau stabilitas social bagi masyarakat setempat.


[1] H. Dinsie Amas & Rinto Thaib, Ternate (Sejarah, Kebudayaan Pembangunan Perdamaian Maluku Utara), (Lembaga Kebudayaan Rakyat Moluku
Kie Raha 2008). Hlmn 3-5.    
[2] Menurut sumber-sumber dari masyarakat yang ada men jelaskan bahwa dari pembukaan lahan perkebunan dan pertanian di (Sakam) dengan tempat tinggal  Desa Peniti rentang jarak sangat jauh. Mereka terpakasa membangun perkebunan secara berkelompok dan tinggal secara permanen (perkampungan baru/Sakam) yang dalam rentantang waktu relative lama berkembang menjadi sebuah kecamatan definitive.
[3] Agus Mulyana dan Darmiasti, Historiografi di Indonesia dari Magis Religius hingga Strukturalis (Bandung: PT. Refika Aditama ,2009) hlm 32.
[4]Laode Rabani, Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara (Yogyakarta:Ombak, 2010), hlm 81-82.
[5] Hanani Nuhfil dan Mangku Purnomo, Perubahan Struktur Ekonomki Lokal ( Malang: Universitas Brawijaya, 2010) hlm 1.
[6] Ibid, hlm 5.
[7] Laode Rabani Op.Cit,hlm 60-70.
[8] Ibid,hlm 76.
[9] Mulyana Agus dkk:Op.Cit, hlm 131-132.
[10] Rabani Laode: Op.Cit,hlm 1
[11] Kurnadi Shahab, Sosiologi Pedesaan (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media,2007), hlm 46.
[12] Nuhfil Hanani dkk: Op.Cit, hlm 34.
[13] Faturochman dkk, Dinamika Kependudukan dan Kebijakan (Yogyakarta:Universitas Gadja Mada, 2004) hlm 122.
[14] Ahmadin, Pelautkah Orang Selayar Tanah Doang dalam Catatan Sejarah Maritim (Yogyakarta: Ombak, 2006) hlm 45.
[15] Freek Colombijn, Paco-Paco Kota Padang Sejarah Kota-Kota di Indonesia Abad 20 (Yogyakarta: Ombak,2005), hlm 45.
16. H.Amas Dinsie dkk, Ternate (Sejarah Kebudayaan Perdamaian Maluku Utara) (Ternate LeKRa-MKR, 2008),Hlm 34-35.
17. Muammil Sun’an, Dinamika Sosial Ekonomi Masyarakat Petani perspektif kebijakan public (LepKhair).
[16] Ibid,hlm 34.
[17] Kurnadi Shahab, Sosiologi Pedesaan (Jogiakarta:Ar-Ruzz Media, 2007 ) hlm 47-49.
[18] Ibid, hlm 19.
[19] Sumber hasil Pemerintah Desa Peniti, Kecamatan Patani Utara, tahun 1983.
[20][20] Kurnadi Sahab, Sosiologi Pedesaan (Jogjakarta : Ar-Ruzz media, 2007) hlm 11-12.
[21] Nuhfil Hanani dkk, Perubahan Struktur Ekonomi Lokal, Studi Dinamika Moda Produksi di Pegunungan Jawa (Universitas Brawijaya press, 2010) hlm 23.
[22] Ibid,hlm 5.
[23] Andi Ima Kesuma, Migrasi dan Orang Bugis ( Yogyakarta:Ombak,2004),hlm 27-29.
[24] Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural (Jakarta :Bumi Aksara,2007) hlm 260-261.
[25] Kurnadi Shahab:Op.Cit.hlm 17.
[26] Syahrir Muhammad, Kesultanan Ternate Sejarah Sosial Ekonomi Dan Politik (Yogjakarta: Ombak, 2004), hlmn. 124.
[27] Louis Gootschalk. Mengerti Sejarah. (Jakarta: UI Press, 1986). Hlmn 35.
[28] Ibid,hlhm 133
[29] Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah( Yogyakarta:Ombak,2007) hlm 94-95.
[30] Ibid.
[31] Sanapiah Faisal, Format-Format  Penelitian Sosial (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2007),hlm 132-133.
[32] Ibid,hlm134.
[33] Mardi Lasila:Op.Cit,hlm 37.
[34] Helius Sjamsuddin:Op.Cit,hlm 132-154.
[35] Sumber hasil wawancara dengan Syarifuddin Yakob (59), Kepala Desa Peniti, Kecamatan Patani Utara
[36] Sumber hasil wawancara dengan Agil Hanan (59), Pengusaha Desa Sakam, Kecamatan Patani Utara.
[37] Sumber hasil Pemerintah Desa Sakam, tahun 2004.
[38] Sumber :hasil Wawancara dengan  M, Fabanyo (62), petani,di Desa Peniti Kec. Patani Utara, Tanggal 19 Mei 2011
[39] Sumber :hasil Wawancara dengan Koras Sinen(61), petani, di  Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 23 Mei 2011.
[40] Sumber: hasil Wawancara dengan Abdurasid Rakib(60), petani  di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 29 Mei 2011.
[41] Sumber hasil wawancara dengan ABD. Rasid Rakib (56), Petani Desa Sakam, Kecamatan Patani Utara
[42] Sumber hasil wawancara dengan Asra Samir (62), Petani Desa Sakam, Kecamatan Patani Utara
[43] Sumber hasil wawancara dengan Hi. Sanana (56), Petani Desa Sakam, Kecamatan Patani Utara
[44] Sumber :hasil Wawancara dengan Arifin(81), pengusaha,  di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 24 Mei 2011
[45]Sumber: hasil  Wawancara dengan Hayun ode moridu (71), petani di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 26 Mei 2011
[46] Sumber: hasil Wawancara dengan Asra Samir (62), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 22 Mei 2011
[47] Sumber: hasil Wawancara dengan Koras Sinen (61), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 23 Mei 2011
[48] Wawancara dengan puji samir (60), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 26 Mei 2011
[49] Sumber: hasil Wawancara dengan Agil Hanan (59), pengusaha, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 5 juni  2011
[50] Sumber: hasil Wawancara dengan Abdu Kahar (61), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 26 Mei 2011
[51] Sumber: hasil Wawancara dengan ajalil samir (78), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 5 juni  2011
[52] Sumber: hasil Wawancara dengan Saturu  Ahar (79), petani,  di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 7 juni  2011
[53] Sumber: hasil Wawancara dengan Adul Ahar (62), petani,  di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 9 juni  2011
[54] Sumber: hasil Wawancara dengan nasir kangela (79), petani,  di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 7 juni  2011
[55] Wawancara dengan Hi Sanana Kasenge (59), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 9 juni  2011
[56] Sumber: Hasil Wawancara dengan fakir Abdul Salam (52), kepdesa,di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 9 juni  2011
Sumber:hasil wawancara dengan kader Hi Usman (56), kepala sekolah sd,di desa sakam,kec patani utara, 9 juni 2011.
Sumber: hasil wawancara dengan Sahad Hi Usman (51), Sekdes, di Desa Sakam kec patani utara,10 juni 2011.
[57] Sumber: hasil Wawancara dengan Puji Samir (60), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 10 juni  2011
[58] Sumber; Hasil Wawancara dengan  Ajalil Samir (78), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 11 juni  2011
[59] Sumber; Hasil Wawancara dengan koras Sinen(61), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 23 Mei 2011
[60] Sumber: hasil  Wawancara dengan Ajalil Samir (78), petani, di Desa Sakam Kec. Patani Utara, Tanggal 12 juni  2011
[61]Sumber: Hsail  Wawancar dengan Koras Sinen (61), Sekdes, di Desa Sakam, Kec patani Utara, tanggal 17 juni 2011.
[62] Sumber: Hsail Wawancara dengan Fakir Abdul Salam(52) Kepdesa, di desa Sakam, kec Patani Utara, tanggal 15 juni 2011
Sumber: Hasil Wawancara dengan Kader Hi Usman (56), Kepala Sekolah SD di Desa Sakam Kec Patani Utara, tanggal 15 juni 2011.
[63] Sumber: Hasil Wawancara dengan Kader Hi usman (56), Kepsek SD di Desa Sakam , kec Patani Utara, tanggal 12 juni 2011
[64]Sumber :Hasil Wawancara  dengan  Fakir Abdul salam (52), kepala desa ,di Desa Sakam, kec Patani Utara,  tanggal 15 juni 2011
Sumber: Hasil Wawancara dengan Asra Samir (62), Petani di Desa Sakam, Kec Patani Utara, tanggal 15 juni 2011.
[65] Sumber; Hasil Wawancara dengan  Hi Amadi (56),Imam, di Desa Skam, kec patani uatara, tanggal 13 juni 2011
[66] Sumber: Hasil Wawancara dengan Kader Hi Usman (56), Kepala Skola SD, di Desa Sakam, kec Patani Utara, 14 juni 2011.
[67] Sumber: Hasil Wawancara dengan Agil Hanan (59), Pengusaha, di Desa Sakam, Kec Patani Utara, Tanggal 14 juni 2011.
[68] Sumber: Hasil wawancara dengan Sahad Hi Usman (51), Sekdes,di Desa Sakam, Kec Patani Utara, tanggal 15 juni 2011.
[69] Sumber: wawancara dengan Sahad Hi Usman (51), Sek Des, di Desa Sakam Kec Patani Utara, tanggal 16 juni 2011.   
[70]Sumber : Hasil  Wawancara dengan Abdul Kahar (62), Petani, di Desa Sakam Kec Patani Utara tanggal, 17 juni 2011.
[71] Sumber: Hasil Wawancara dengan Asra Samir (62), Petani, di Desa Sakam Kec Patani Utara, tanggal  6 juni 2011.
[72]Sumber: Hasil  Wawancara dengan Saturu Ahar (79) Petani di Desa Sakam Kec Patani Utara, tanggal  7 juni 2011.
[73]Sumber: Hasil Wawancara dengan  Hi amadi (56) Imam, di Desa Sakam Kec Patani Utara,tanggal 7 juni 2011
[74] Sumber: Hasil  Wawancara dengan Asra Samir (62) Petani, di Desa Sakam Kec Patani Utara, tanggal 7 juni 2011
[75]  Sumber: Hasil Wawancara dengan Koras Sinen (61) Petani di Desa Sakam Kec Patani Utara tanggal 8 juni 2011.
  Sumber: hasil wawancara dengan Agil Hanan (59) pengusaha di Desa Sakam Kec Patani Utara, tanggal 8 juni 2011.
posted by Mhyron Thapshec at 09.44

0 Comments:

Posting Komentar

<< Home